Tiga cara BUMI pangkas utang tahun ini



JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) punya target memangkas utang sebanyak US$ 1 miliar tahun ini. Utang tersebut di antaranya dengan China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 600 juta. Selain itu, ada pula convertible obligation sekitar US$ 375 juta."Kami bisa melunasinya dengan kas internal perusahaan," ujar Sekretaris Perusahaan Dileep Srivasta, Kamis (7/4) malam.Dileep mengungkapkan ada tiga sumber pendanaan untuk melunasi utang tersebut. Pertama, lewat hasil penjualan batubara. Harga batubara yang berada di kisaran US$ 70 - US$ 77 membuat BUMI optimis pemasukan dari penjualan batubara bisa meningkat dibandingkan tahun lalu.Pada kuartal pertama tahun ini BUMI memproyeksikan volume penjualan batubara tumbuh 10% dibandingkan kuartal serupa tahun lalu menjadi 60 juta ton."Sumber pendanaan lainnya lewat dividen Newmont serta pendapatan dari anak-anak usaha BUMI," jelas Dileep tanpa merinci berapa kontribusi dari sumber-sumber pendanaan tersebut terhadap pembayaran utang BUMI.Sekadar mengingatkan, BUMI berniat mempercepat pelunasan utang terhadap CIC tahun ini. Utang tersebut sebetulnya baru jatuh tempo pada Oktober 2013. Sementara itu, mengenai convertible bond senilai US$ 375 juta, baru akan jatuh tempo pada Agustus 2014. Namun, investor dapat mencairkan surat utang tersebut secara tunai pada Agustus 2011."Kalau investor ingin melakukan pencairan, BUMI akan siap membayar," kata Dileep.Dalam dua tahun ke depan, BUMI secara betahap akan mengurangi rasio utangnya. Jika pada 2009 rasio utang BUMI terhadap EBITDA sebesar 4 kali, maka tahun lalu sudah turun menjadi 3 kali."Kami ingin sampai akhir tahun ini bisa berkurang menjadi 1,5 kali dan tahun depan menjadi 1 kali," tutur Dileep.Ia menambahkan, sampai dengan akhir tahun ini BUMI masih memiliki pinjaman perbankan sekitar US$ 2,5 - US$ 2,6 triliun dengan jangka waktu peminjaman bervariasi. Oleh karena itu, untuk sementara ini BUMI belum berencana mengambil utang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie