Tiga Cawapres Hanya Berbusa-busa Mengupas Sejarah



JAKARTA. Sebagaimana perkiraan banyak orang, debat tiga calon wakil presiden (cawapres): Prabowo Subianto, Boediono, dan Wiranto Selasa (23/6) malam berlangsung hambar. Perdebatan yang dipandu Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat ini tidak menghadirkan adu argumentasi yang seru.

Komaruddin bilang, peraturan KPU yang menghalangi moderator "mengejar" pernyataan cawapres adalah biang kerok hambarnya debat itu. "Tidak ada konfrontasi antar calon," ucapnya. Alhasil, debat semalam lebih mirip presentasi dari tiap cawapres.

Sebaliknya, Ketua Komisi Pemilihan Umum, Abdul Hafiz Anshary menyatakan, kunci serunya perdebatan terletak pada moderator. Pemandu acara seharusnya bisa membuat debat lebih tajam.


Lepas dari siapa yang menjadi pangkal hambarnya debat, semalam ketiga pasangan justru lebih memilih mengupas sejarah ketimbang mengeluarkan gagasan mereka untuk memperbaiki situasi sekarang ini.

Acara cuma sempat menghangat sebentar saat Prabowo melontarkan kritik tajam terhadap kinerja pemerintah saat ini. Ia bilang, akibat jati diri bangsa yang lemah, kini 115 juta rakyat Indonesia terpuruk dalam kemiskinan.

Mengutip data Bank Dunia, Cawapres PDIP dan Partai Gerindra ini bilang bahwa separuh penduduk Indonesia hanya berpenghasilan Rp 20.000 per hari. "Untuk membeli secangkir kopi di Senayan City pun tak bisa," ucapnya sambil mengeluarkan uang Rp 20.000 dari sakunya.

Mantan Danjen Kopassus ini pun mengkritik pengelolaan sumber daya alam yang tak jelas. Kata dia, sebagian besar kekayaan alam Indonesia justru mengalir keluar negeri.

Tapi, Cawapres Boediono menanggapi kritik Prabowo dengan kalem. Ia malah mengklaim, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono adalah pasangan yang mengusung program pro-rakyat. Ia pun menegaskan keberhasilan SBY dalam memberantas korupsi. "Tekad kami mewujudkan pemerintahan bersih untuk memantapkan jati diri bangsa," ucapnya. Boediono juga berjanji akan memperkuat jati diri melalui pembangunan budaya dan penguatan ekonomi nasional termasuk sumber daya manusianya.

Wiranto pun enggan menangkis kritik Prabowo. Maklumlah, Mantan Panglima ABRI ini merupakan pendamping Jusuf Kalla (JK) yang kini duduk di pemerintahan. Ia hanya bilang, Indonesia telah kehilangan jati diri.

Padahal, negeri ini punya potensi, dan keunggulan komparatif. "Ini karena Pancasila tak lagi dijalankan," cetusnya. Wiranto berjanji membentuk kepemimpinan yang kuat untuk mendongkrak jati diri itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie