KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dilanda ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada 2018, namun bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat kinerja mentereng sepanjang tahun lalu. Bahkan, dari empat bank pelat merah, tiga di antaranya mencatat pertumbuhan aset double digit. PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI) misalnya, sepanjang 2018 berhasil mencatatkan aset senilai Rp 1.296,89 triliun. Tumbuh 15,02% (yoy) dibandingkan nilai pada 2017 sebesar Rp 1.127,44 triliun. Nilai tersebut juga masih mengokohkan posisi perseroan sebagai bank dengan kepemilikan aset terbesar di Indonesia.
Dengan nilai aset di atas Rp 300 triliun, BBTN merangsek posisi lima bank dengan aset terbesar. Posisi yang sebelumnya dipegang oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), yang dalam laporan Desember 2018 tercatat punya aset senilai Rp 265,06 triliun.
Meski melesat, tahun ini Iman bilang perusahaan ambil langkah konservatif terkait pertumbuhan aset. Pengetatan likuiditas yang diprediksi disebut Iman akan jadi tantangan.
"Tahun ini, target pertumbuhan aset menurun, sekutar 13%-15%, karena seperti yang kita tahu, kondisi likuiditas pasar memasng masih cukup ketat," lanjutnya.
Single Digit
Sementara itu, PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) menjadi satu-satunya bank pelat merah yang pertumbuhan asetnya single digit. Sepanjang 2018 aset perseroan terkumpul senilai Rp 1.202,25 triliun, tumbuh 6,80% (yoy) dibandingkan posisi 2017 senilai Rp 1.124,70 triliun.
Dalam paparan kinerja belum laka ini, Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menuturkan hal tersebut salah satunya terjadi akibat melambatnya DPK perseroan secara konsolidasi.
Pada 2018, perseroan (konsolidasi) berhasil menghimpun DPK senilai Rp 840,9 triliun, tumbuh 3,1% (yoy) dibandingkan 2017 dengan dana terhimpun Rp 815,8 triliun. Sedangkan pertumbuhan pada 2017 sendiri mencapai 6,99% (yoy) dibandingkan 2016 senilai Rp 762,5 triliun.
Meski demikian, pria yang akrab disapa Tiko ini bilang, secara individual (bank only) DPK Mandiri tetap tumbuh signifikan. DPK individual Mandiri tumbuh 7,2% (yoy) senilai Rp 699,2 triliun, dibandingkan posisi 2017 senilai Rp 652,3 triliun.
Sementara pada 2017, DPK individual Mandiri sejatinya tumbuh negatif, sebesar -5,1% dibandingkan 2016 senilai Rp 688,0 triliun.
"Ke depan kami memang akan fokus ke komposisi avarage balance (bank only), jadi kami akan lebih fokus menjaring DPK yang menetap lama, bukan yang bernominal besar namun cepat keluar masuknya. Agar lebih sustainable," kata Tiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News