Tiga jenazah korban Aviastar teridentifikasi



MAKASSAR. Hingga Rabu (7/10) siang, tiga jenazah korban pesawat Aviastar DHC6/PK-BRM berhasil diidentifikasi oleh tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sulselbar. Ketiga jenazah ini diidentifikasi melalui data sekunder, medis, dan properti yang mereka gunakan.

Ketiga korban masing-masing jenazah dengan label B 009 atas nama Riza Arman (30) yang beralamat di Jalan Jambu Putih, Kelurahan MataBubu, Kecamatan Poasia, Kendari, Sulawesi Tenggara. Jenazah lainnya dengan label B 006, yakni Nurul Fatimah (26), Jalan Sunu II Nomor 30 A, Makassar; dan jenazah dengan label nomor B 010 atas nama Soekris Winarto (43) yang beralamat di Jalan Merak Nomor 6, Kelurahan Mandala, Kabupaten Biak Numfor, Papua.

"Jenazah Riza diidentifikasi melalui data medis dan properti, sedangkan jenazah Nurul teridentifikasi dengan data dukung primer, sekunder, dan properti. Adapun jenazah Soekris diidentifikasi dengan data sekunder dan properti," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar Kombes Frans Barung Mangera, Rabu.


Jenazah yang sudah teridentifikasi hingga Rabu siang belum diserahkan ke keluarga. Tim DVI Polda Sulselbar masih menyelesaikan proses untuk penyerahan ke keluarga. Namun, keluarga seluruh korban sejak Selasa malam sudah berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk kepentingan identifikasi dan penyerahan jenazah.

Keluarga teknisi pesawat Aviastar yang jatuh, Soekris Winarto sudah menerima pemberitahuan perihal kepastian wafatnya anggota keluarga dalam tragedi itu. Ny Yustina Hanistin (39) istri almarhum disertai adik kandung almarhum menjemput jenazah di Makasar, yg menurut rencana akan diterbangkan ke Surabaya, hari Rabu (7/10) pukul 21.00.

 Keluarga kecil ini didatangi para tetangga, keluarga dan jemaah Gereja Katolik Sidoarjo. Soekris Winarto adalah anak kedua dari lima bersaudara.

Almarhum, kata Siswaji (46), kakak ipar almarhum, baru 1,5 tahun bekerja di PT Aviastar, setelah terkena rasionalisasi di PT Merpati. "Di Merpati sebagai teknis sudah bekerja sampai sekitar 22 tahun. Sudah berkali-kali terhindar dari rasionalisasi, memang dengan syarat mau bekerja di daerah-daerah rute rintisan seperri di Papua, Makasar dan Maluku," kisah kakak iparnya itu.

Sebagian hancur

Berdasarkan keterangan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo, seluruh jenazah ditemukan dalam kondisi hangus. Kondisi pesawat juga hangus dan sebagian hancur tetapi serpihan masih terkumpul di satu lokasi.

 Pesawat Aviastar hilang kontak sejak Jumat (2/10) dan ditemukan di Desa Ulu Salu, Kecamatan Latimojong, Senin sekitar pukul 15.30 Wita, oleh tim Polres Luwu bersama warga. Pesawat berada di ketinggian 7.000-7.500 kaki atau sekitar 2.100-2.300 meter di atas permukaan laut. Saat dinyatakan hilang, posisi terakhir pesawat berada di ketinggian 8.000 kaki atau sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut.

Pesawat lepas landas dari Bandara Andi Djemma, Luwu Utara, pukul 14.25. Sedianya pesawat akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pukul 15.35. Namun, 11 menit setelah lepas landas, pesawat hilang kontak.

Dalam data manifes penumpang yang dirilis Otoritas Bandara Sultan Hasanuddin, pesawat ini diterbangkan oleh Kapten Iri Afriadi dengan kopilot Yudhistira dan kru mesin Soekris Winarto. Adapun tujuh penumpang masing-masing Nurul Fatimah bersama dua anaknya yang masih bayi dan anak balita, yakni Afif dan Raya; pasangan suami istri Lisa Falentin dan Riza Arman serta anaknya, Sakhi Arqobi; dan pejabat Bandara Tampi, M Natsir.

Keluarga teknisi pesawat Aviastar yang jatuh, Soekriswinarto (42) sudah menerima pemberitahuan perihal kepastian wafatnya anggota keluarga dalam tragedi itu. Ny Yustina Hanistin (39) istri almarhum disertai adik kandung almarhum menjemput jenazah di Makasar, yg menurut rencana akan diterbangkan ke Surabaya, hari Rabu (7/10) pukul 21.00.

Keluarga kecil ini didatangi para tetangga, keluarga dan jemaah Gereja Katolik Sidoarjo. Setiap malam diselenggarakan peribadatan oleh pemimpin gereja, untuk menguatkan keluarga dari kehilangan Soekriswinarto, anak kedua dari lima bersaudara keluarga ini.

Almarhum, kata Siswaji (46), kakak ipar almarhum, baru 1,5 tahun bekerja di PT Aviastar, setelah terkena rasionalisasi di PT Merpati. "Di Merpati sebagai teknis sudah bekerja sampai sekitar 22 tahun. Sudah berkali-kali terhindar dari rasionalisasi, memang dengan syarat mau bekerja di daerah-daerah rute rintisan seperri di Papua, Makasar dan Maluku," kisah kakak iparnya itu. (Reny Sri Ayu/Dody Wisnu Pribadi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie