Tiga manajer investasi menawarkan produk baru



JAKARTA. Beberapa produk reksadana baru mulai bermunculan. Ada tiga manajer investasi (MI) yang berencana meluncurkan produk baru.

Satu di antaranya adalah PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen. MI itu siap meluncurkan dua reksadana terproteksi, yang masing-masing bernama Batavia Proteksi Optimal 8 dan Batavia Proteksi Optimal 9.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Yulius Manto, mengatakan, dua reksadana itu akan ditawarkan ke investor, pada Juni atau Juli 2012 mendatang. "Kami baru saja memperoleh izin efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK)," kata dia. Batavia kini menjajaki agen penjual untuk kedua produk baru mereka.


Batavia akan memilih dua perbankan menjadi agen penjual dua reksadana tersebut. Namun, dia enggan membeberkan dua bank tersebut, karena belum mendapatkan izin dari Bank Indonesia (BI).

Dua reksadana tersebut diharapkan bisa memberi imbal hasil 6%–6,3%. Caranya, mereka akan memutar portofolio di obligasi korporasi.

Yulius menargetkan, kedua reksadana itu bisa memperoleh dana kelolaan senilai total Rp 200 miliar–Rp 300 miliar. Batavia Prosperindo Aset Manajemen belum menentukan masa proteksi untuk kedua reksadana itu. "Kami kaji antara dua tahun atau empat tahun," ujar dia.

Tahun ini, Batavia menargetkan bisa mengantongi dana kelolaan Rp 13 triliun. Saat ini, Batavia telah mencatat dana kelolaan sekitar Rp 11,5 triliun.

Sedang PT BNI Asset Management berniat meluncurkan tiga reksadana penyertaan terbatas (RDPT) di tahun ini. Direktur BNI Asset Management, Isbono M.I. Putro, mengatakan dua RDPT telah siap diterbitkan pada Mei 2012 mendatang. Sedangkan satu produk lainnya akan menyusul. Ketiganya memiliki aset dasar proyek sektor riil.

Satu produk memiliki aset dasar berupa proyek infrastruktur gas. Sedang aset dasar untuk satu reksadana lainnya adalah proyek properti. "Satu produk lagi, belum bisa kami sampaikan," ujar Isbono. Kedua produk tersebut diharapkan bisa memberi imbal hasil 9%–10%.

Nilai proyek sektor infrastruktur itu berkisar Rp 1,2 triliun. Sekitar Rp 400 miliar akan dibiayai dari RDPT. Sedangkan nilai RDPT sektor properti Rp 70 miliar. "Investor seperti dana pensiun dan dana pensiun sudah banyak yang menunggu karena mereka mengejar imbal hasil yang besar," tutur Isbono.

Lalu, PT Prospera Asset Management berencana meluncurkan RDPT di semester II tahun ini. Yosep Chandra, Direktur PT Prospera Asset Management, mengatakan melirik proyek, infrastruktur seperti pembangunan hotel, sekolah, dan kompleks hunian. "Aset dasarnya masih kami kaji," kata dia. Tenor produk lima tahun, dengan target dana kelolaan Rp 300 miliar hingga Rp 500 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can