JAKARTA. Industri plastik pada tahun ini sulit untuk mengalami kenaikan pendapatan. Alhasil, para pelaku industri harus pintar-pintar menyiasatinya. Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAplas), Budi Susanto Sadiman mengatakan, ada tiga faktor yang penyebabnya. Pertama, tarif dasar listrik (TDL) yang akan naik Juli mendatang. Kedua, nilai tukar yang semakin tinggi, dan yang ketiga, masalah gaji butuh yang diperkirakan naik tiap tahun. "Atas masalah tersebut, pelaku industri harus pintar-pintar menyiasatinya," ucap Budi, Selasa (24/6). Ia pun memberikan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut, dengan cara memindahkan pabriknya ke luar Jawa. "Apalagi saat ini margin tertekan dan pesaingan yang semakin ketat." Selain itu, Budi juga menjelaskan banyak perusahaan yang kini sudah mencampur bahan bakunya dengan produk recycle untuk menekan penjualan. Meskipun begitu, pada enam bulan pertama tahun ini Budi mengatakan ada kenaikan konsumsi plastik sebesar 6% dibanding tahun lalu. Pada 2013, penjualan bahan plastik mencapai 4 juta ton. Itu berarti omset perusahaan tahun ini sekitar Rp 93,28triliun dengan perkiraan untuk 1 kgnya senilai Rp 22.000. Jumlah kenaikan tersebut dinilai akan bertahan sampai akhir tahun, dengan alasan saat menjelang dan sesudah lebaran memiliki masalah lain. Seperti, 2 minggu yang tak boleh mengirim barang, dan pada seusai lebaran pun tak ada transaksi penjualan. Namun demikian, pada 2018 Budi menargetkan penjualan bahan plastik akan naik menjadi 7 juta ton. Dengan faktor kenaikan adalah daya beli. Saat ini daya beli sebesar 4.000 ton per kapita, dan pada 2018 nanti diperkirakan naik menjadi 6.000 ton per kapita. "Kenaikan tersebut, akan teralisasikan jika pertumbuhan ekonomi naik menjadi 7%," kata Budi. Sekedar informasi, saat ini sebesar 80% pemakaian plastik untuk produk kemasan, masing-masing 15% untuk bangunan dan peralatan rumah tangga. Sedangkan 8% untuk otomotif dan sisanya untuk lain-lain.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tiga masalah yang menghadang industri plastik
JAKARTA. Industri plastik pada tahun ini sulit untuk mengalami kenaikan pendapatan. Alhasil, para pelaku industri harus pintar-pintar menyiasatinya. Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAplas), Budi Susanto Sadiman mengatakan, ada tiga faktor yang penyebabnya. Pertama, tarif dasar listrik (TDL) yang akan naik Juli mendatang. Kedua, nilai tukar yang semakin tinggi, dan yang ketiga, masalah gaji butuh yang diperkirakan naik tiap tahun. "Atas masalah tersebut, pelaku industri harus pintar-pintar menyiasatinya," ucap Budi, Selasa (24/6). Ia pun memberikan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut, dengan cara memindahkan pabriknya ke luar Jawa. "Apalagi saat ini margin tertekan dan pesaingan yang semakin ketat." Selain itu, Budi juga menjelaskan banyak perusahaan yang kini sudah mencampur bahan bakunya dengan produk recycle untuk menekan penjualan. Meskipun begitu, pada enam bulan pertama tahun ini Budi mengatakan ada kenaikan konsumsi plastik sebesar 6% dibanding tahun lalu. Pada 2013, penjualan bahan plastik mencapai 4 juta ton. Itu berarti omset perusahaan tahun ini sekitar Rp 93,28triliun dengan perkiraan untuk 1 kgnya senilai Rp 22.000. Jumlah kenaikan tersebut dinilai akan bertahan sampai akhir tahun, dengan alasan saat menjelang dan sesudah lebaran memiliki masalah lain. Seperti, 2 minggu yang tak boleh mengirim barang, dan pada seusai lebaran pun tak ada transaksi penjualan. Namun demikian, pada 2018 Budi menargetkan penjualan bahan plastik akan naik menjadi 7 juta ton. Dengan faktor kenaikan adalah daya beli. Saat ini daya beli sebesar 4.000 ton per kapita, dan pada 2018 nanti diperkirakan naik menjadi 6.000 ton per kapita. "Kenaikan tersebut, akan teralisasikan jika pertumbuhan ekonomi naik menjadi 7%," kata Budi. Sekedar informasi, saat ini sebesar 80% pemakaian plastik untuk produk kemasan, masing-masing 15% untuk bangunan dan peralatan rumah tangga. Sedangkan 8% untuk otomotif dan sisanya untuk lain-lain.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News