Tiga opsi suntikan modal buat SMMT



JAKARTA. Bisnis baru PT Eatertaintment Internasional Tbk (SMMT) masih kabur. Kendati pemegang saham pengendalinya sudah berganti, manajemen SMMT belum mendapatkan cara memperoleh dana segar guna membiayai ekspansinya.

Sekretaris Perusahaan SMMT Susanti Nilam mengatakan, fokus perusahaan saat ini adalah meningkatkan modal dasar dari Rp 20 miliar menjadi Rp 320 miliar. Untuk mencapainya, SMMT masih mempertimbangkan beberapa opsi.

Opsi tersebut bisa berupa penerbitan saham baru atau rights issue, penerbitan obligasi atau penyuntikan dana dari pemegang saham mayoritas. "Kami masih melakukan pembicaraan internal untuk penambahan anggaran dasar tersebut," kata Susanti, pekan lalu.


Susanti menambahkan, saat ini likuiditas perusahaannya masih terbatas. Sampai Juni 2010, SMMT hanya memiliki dana di kas sebesar Rp 3,82 miliar. Sementara, SMMT juga masih memiliki pinjaman kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa senilai Rp 17,18 miliar.

Kinerja SMMT per semester I-2010 lalu juga tidak terlalu menjanjikan. Pendapatan perusahaan ini turun dari Rp 16,31 miliar di semester I-2009 menjadi Rp 14,52 miliar. Sementara laba bersihnya hanya Rp 448,51 juta, naik ketimbang periode sama tahun lalu sebesar Rp 170,32 juta.

Susanti juga masih enggan menjelaskan rencana perusahaannya di masa mendatang. Termasuk, kabar bakal masuknya bisnis perkebunan dari grup Rajawali sebagai bisnis baru SMMT.

Strategi manajemen baru SMMT mengubah anggaran dasar dan meningkatkan modal perseroan dianggap sebagai pintu masuk bagi bisnis perkebunan milik grup Rajawali. Apalagi, saat ini konglomerasi bisnis milik Peter Sondakh itu sudah memiliki kebun kepala sawit di Kalimantan Timur.

Rajawali bahkan sedang melakukan kajian untuk mengembangkan bisnis perkebunan sawit dan tebu di Papua.

Saat ini, 70,8% saham SMMT dikuasai oleh Grup Rajawali melalui dua anak perusahaannya, yaitu PT Mutiara Timur Pratama yang miliki 23,39% saham dan Green Palm Resources Pte Ltd yang menguasai 47,46%..

Hingga akhir pekan lalu, saham SMMT masih tertidur pulas di harga Rp 2.175 per saham. Transaksi saham ini juga nihil. Maklum, sejak 1 Juli lalu, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham SMMT.

BEI mensuspensi saham ini lonjakan harga saham SMMT sebesar 866,67% di sepanjang 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie