Tiga Perusahaan Asing Jadi Penilai Kasus SMART



JAKARTA. Setelah melalui pertemuan dan perdebatan cukup panjang PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMART) akhirnya akan mengumumkan tim independen untuk memverifikasi tudingan Greenpeace bahwa mereka merusak lingkungan.

Saat ini, sudah ada tiga perusahaan yang masuk daftar calon yang akan melakukan verifikasi itu. “Kalau tidak Senin (29/3) atau Selasa (30/3), kami akan umumkan,” kata Direktur Utama SMART, Daud Dharsono kepada KONTAN, Minggu (28/3). Sayang, ia belum mau membeberkan identitas perusahaan tersebut.

Sumber KONTAN yang enggan disebut namanya membisikkan, salah satu perusahaan yang bakal menjadi tim independen kasus SMART adalah BSI Management Systems Singapore Pte Ltd. BSI adalah lembaga yang kerap melakukan penilaian sertifikasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO).


Sumber itu menambahkan, tidak ada satu pun perusahaan nasional yang bakal menjadi tim verifikasi. Padahal, sebelumnya, PT Sucofindo (berharap SMART memilih perusahaan yang ada di Indonesia saja. "Kami memiliki kemampuan untuk memverifikasi soal isu lingkungan itu,” kata Direktur Utama PT Sucofindo Arief Safari.

Setelah mengumumkan tim independen hari ini atau besok, SMART akan menunggu kinerja tim tersebut. Nantinya, tim ini akan bekerja sesuai jadwal. “Kami tidak menentukan waktu. Mereka yang membuat rencana kerjanya,” jelas Daud.

Untuk keterbukaan informasi, SMART berjanji akan menyampaikan hasil temuan tim independen dalam situs mereka. Laporan tim sekaligus berfungsi menjawab pertanyaan sejumlah mitra bisnis anak usaha Grup Sinarmas ini tentang dugaan pelanggaran lingkungan yang dilayangkan Greenpeace. Termasuk, jawaban atas pertanyaan publik secara keseluruhan.

Sebagai catatan, pembentukan tim independen ini adalah buntut pemutusan kontrak pembelian CPO SMART oleh PT Unilever Indonesia Tbk Desember tahun lalu. Baru-baru ini, PT Nestle Indonesia juga memutus kontrak dengan SMART. Khusus kasus terakhir ini, SMART belum menentukan tim independennya.

Yang terbaru, Cargill pun mengancam akan mengakhiri pembelian minyak sawit dari SMART jika perusahaan milik Eka Tjipta Widjaja ini gagal membuktikan bahwa mereka tidak merusak lingkungan seperti yang ditudingkan Greenpeace (lihat infografis).

Menurut Daud, laporan verifikasi ini akan menjadi pedoman Unilever meninjau ulang pemutusan kontraknya. Sejauh ini, Unilever hanya membeli 35.000 ton atau setara dengan 3% total penjualan CPO milik SMART.

Sebelumnya, Unilever mengaku sudah membahas dan menyepakati pembentukan tim independen ini. Makanya, Rachmat Hidayat, External Affair Manager Unilever memastikan bakal berkomitmen menjalankan hasil temuan tim independen itu.

Direktur Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Diah Maulida menegaskan, kasus SMART tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Apalagi, Unilever tetap berkomitmen membeli CPO dari produsen lain. Dengan begitu, kekhawatiran menurunnya ekspor CPO Indonesia tidak beralasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test