Tiga Perusahaan Tekstil Berguguran



JAKARTA. Krisis benar-benar telah berimbas ke Indonesia. Buktinya, sudah ada tiga perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) yang telah menghentikan produksinya dan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawannya. Padahal, sebelumnya KONTAN memberitakan tiga produsen sepatu juga telah menghentikan produksi.Pengentian produksi TPT telah dilakukan oleh tiga perusahaan pakaian dan benang di Depok, Jawa Barat dan sekitarnya. Ketiga perusahaan itu adalah PT Sentral Star selaku produsen pakaian, PT Rajabrana (pakaian), dan PT Malaktex (produsen benang). "Ketiga perusahaan tersebut sudah menghentikan produksinya," kata Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jawa Barat, kemarin.Menurut Ade, penghentian produksi ini akibat krisis yang melanda Amerika. Sebabnya, buyer asal Amerika yang selama ini memberikan order secara tak disangka menghentikannya. "Mereka kehilangan order," tegasnya. Lantaran ordernya terhenti, maka modal ketiga perusahaan ini terganggu dan akhirnya menghentikan produksi.Pemutusan order ini tentunya mengancam PHK sejumlah karyawan. Apalagi, ketiga perusahaan tersebut memiliki karyawan sebanyak 9.000 orang. Nah, jika tidak segera ditanggulangi, maka nasib periuk nasi ke 9.000 karyawan ini jelas-jelas akan terancam. "Saat ini masih ada sebanyak 1.600 perusahaan TPT dengan total karyawan 1,3 juta," paparnya.Ade bilang bukan hanya tiga perusahaan tersebut saja yang kehilangan order, masih ada perusahaan lain yang terancam kehilangan order. Hal ini disebabkan karena pasar tekstil ke Amerika saat ini melorot hingga 30%. Padahal, Amerika masih menjadi negara tujuan ekspor TPT.Sekadar mengingatkan, buyer asal Amerika memang sudah memangkas pembelian TPT dari Indonesia. Buyer Amerika itu antara lain adalah Abercrombie & Fitch, Asmarindo, Dewhirst, Hanesbrands, J.Crew, JC Penney, GAP, Jones Apparel, Levi''s, Li & Fung, Linmark, Liz Claiborne, Nike, PIERS, Ralph Lauren, Target, Vanity Fair, dan Walmart.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor pakaian jadi bukan rajutan pada September 2008 jika dibandingkan Agustus merosot 5,8% dibandingkan bulan sebelumnya, dari US$ 311,7 juta menjadi US$ 294,4 juta. Sedangkan ekspor barang-barang rajutan juga anjlok 5,1% pada September dari US$ 264,5 juta menjadi US$ 251,6 juta. Sayang, Direktur Industri TPT Departemen Perindustrian (Depperin) Arryanto Sagala belum mengetahui kabar tersebut. Namun, ia berjanji akan segera melakukan peninjauan ke lapangan. "Saya akan segera melakukan pengecekan," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: