Tiga Pilar Sejahtera restrukturisasi obligasi Rp 900 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tengah kesulitan keuangan. Emiten barang konsumer ini akan mengajukan restrukturisasi utang obligasi senilai total Rp 900 miliar.

Direktur Keuangan AISA Sjambiri Lioe mengatakan, AISA berencana mengajukan perpanjangan pembayaran obligasi yang jatuh tempo April 2018. "Diperpanjang sampai 12 bulan," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (8/2).

AISA memiliki dua jenis surat utang yang jatuh tempo 5 April 2018. Pertama, Obligasi TPS Food I Tahun 2013 senilai Rp 600 miliar. Obligasi yang terbit sejak 8 April 2013 ini memberikan bunga 10,25% per tahun. Kedua, Sukuk Ijarah TPS Food I Tahun 2013 senilai Rp 300 miliar. Sukuk dengan imbal hasil 10,25% ini juga terbit pada 8 April 2013 dan jatuh tempo 5 April 2018.


Prospek bisnis AISA semakin meredup sejak terseret kasus pemalsuan beras pada tahun lalu. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) bahkan kembali memangkas peringkat surat utang AISA.

Pefindo menurunkan peringkat Obligasi TPS Food I Tahun 2013 menjadi idCCC dari sebelumnya idBB+. Pefindo pun menurunkan peringkat Sukuk Ijarah TPS Food I Tahun 2013 menjadi idCCC(sy) dari idBB+(sy).

Selain dua surat utang tadi, Pefindo memangkas peringkat Sukuk Ijarah TPS Food II Tahun 2016 senilai Rp 1,2 triliun. Sukuk yang jatuh tempo pada 19 Juli 2021 ini memberikan imbal hasil 10,55% per tahun.

"Kami memandang AISA memiliki likuiditas yang lemah dan tidak memiliki kapasitas untuk melunasi kewajiban keuangannya," kata Pefindo dalam rilis media, Kamis (8/2). Pefindo juga akan memantau rapat umum pemegang obligasi (RUPO) AISA pada 7 Maret 2018.

Kepala Riset Equator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai, penurunan peringkat utang AISA masih terkait dengan kasus beras dan rencana divestasi bisnis beras AISA. Penurunan peringkat ini berpotensi menekan saham AISA. "Tentu akan ada efek negatifnya," kata David.

Meski AISA juga punya bisnis lain, seperti makanan kecil, tak bisa dipungkiri bisnis beras punya andil besar bagi AISA. David menyarankan investor wait and see.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati