Tiga poros bakal berebut kursi



JAKARTA. Pemilu legislatif tuntas digelar kemarin. Versi penghitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meraih suara tertinggi, meraih 19%. Posisi kedua Partai Golkar yang meraih suara antara 14%-15%. Perolehan suara Partai Gerindra boleh dibilang paling fenomenal. Inilah kuda hitam pemilu 2014 dengan perolehan suara nyaris 12%.

Pada pemilu 2009, partai yang didirikan Prabowo Subianto ini meraih 4,46% suara dan di urutan kedelapan. Kini, suara Gerindra melejit 169% dan menyodok banyak partai, termasuk Partai Demokrat.

Persoalannya, masih mengacu pada hasil quick count tadi, tak satu pun partai yang berhasil menembus ambang batas hak mencalonkan presiden (presidential treshold). Bahkan PDIP yang berharap bisa mendulang suara besar dengan mengusung popularitas Joko Widodo (Jokowi), masih tak sanggup menembus batas itu.


Ambang batas ini adalah perolehan suara partai sebesar 25% di pemilu legislatif secara nasional atau meraih 20% kursi di parlemen. Berdasar hasil sementara, mau tak mau tiap partai harus menjalin koalisi. "Mereka harus mencari kawan," kata Philips J Vermonte, Ketua Departemen Politik CSIS, kemarin.

Proyeksi sementara, kemungkinan besar koalisi ini akan mengerucut pada tiga poros. Pertama, poros PDIP. Kedua, poros Partai Golkar. Poros ketiga berpusat pada Partai Gerindra.

Kabar yang berembus, tiga partai akan merapat ke PDIP. Mereka adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Jika terbentuk, poros ini mengantongi 40% suara. Yang terang, Joko Widodo menyatakan, partai yang mau bergabung dengan PDIP harus punya kesamaan platform.

Politisi Golkar, Harry Azhar Aziz, menegaskan, Golkar sudah bulat mencalonkan Aburizal Bakrie. Makanya, Golkar sulit berkoalisi dengan PDIP atau Gerindra yang sudah memiliki calon sendiri.

Soal koalisi ini, Gerindra juga membuka diri. Prabowo Subianto menyatakan siap berkoalisi dengan siapapun, termasuk dengan PDI Perjuangan.

Politisi Demokrat Ihsan Modjo menyatakan partainya menjadi kartu truf tiap kandidat. Poros partai yang memberikan tawaran terbaik, itulah yang akan dipinang Demokrat. "Demokrat dalam posisi wani piro," katanya.

Sedangkan pengusaha Sofjan Wanandi malah langsung mengusung Jokowi-Jusuf Kalla. Formasi ini bisa kuat di parlemen maupun pemerintahan. Tapi, siapa yang akan mengusung Kalla?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie