Tiga saham second liner berpotensi moncer



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal terakhir tahun ini, menjadi waktu yang baik untuk mengevaluasi dan menata kembali portofolio saham. Bukan hanya saham-saham bluechip yang bisa dikoleksi, namun, saham-saham second liner pun menarik perhatian.

Belum lagi mempertimbangkan kondisi di tengah-tengah valuasi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terhitung premium saat ini. Namun, masuk ke saham bluechip tidak bisa sembarangan. Apabila harga sahamnya sudah tinggi, bisa-bisa margin keuntungannya tak besar lagi. Maka, masuk ke saham second liner bisa jadi dipertimbangkan.

Lantas, mana saja yang masih menarik? Ada beberapa yang jadi pertimbangan pelaku pasar sebelum memilih masuk ke emiten second liner. Salah satu diantaranya adalah valuasi.


Wijen Ponthus, Analis Royal Investium Sekuritas menyatakan, memilih saham second liner yang undervalue bisa dilakukan. Dia merekomendasikan tiga emiten yang sudah undervalue, yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

"Second liner ini yang fundamental masih ada, dan harga masih relatif murah," papar Wijen, Selasa (10/10).

Terkait AISA, menurut Wijen, saham ini sempat terkena sentimen negatif dari aksi pelanggaran hukum. Namun, secara bottom line, penurunan profit terjadi akibat penetapan harga eceran tertinggi (HET) pemerintah. Penurunan tersebut, tidak sebesar penurunan harganya. "Sehingga harga AISA sekarang bisa dibilang undervalue," imbuhnya.

Tak berbeda halnya dengan saham JPFA. Setelah lama terkoreksi, JPFA sudah turun lebih dari 30% dari titik tertingginya. Wijen menyatakan, JPFA memiliki potensi untuk rebound, meskipun sifatnya cenderung untuk jangka pendek.

Begitu pula, saham SCMA sudah turun 50% dari posisi all time high. "Sementara kinerja cenderung stabil yang artinya, penurunan SCMA ini merupakan potensi," terang Wijen.

Nilai wajar SCMA berada di kisaran 2.600, JPFA pada level 1.500, dan AISA pada level 1.400. Wijen merekomendasikan buy on weakness saham tersebut. Nilai wajar yang sekaligus menjadi target harga emiten tersebut diprediksi akan tercapai kurang dari enam bulan. "Maksimal April 2018," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini