Jakarta. Kenaikan kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) menjadi pekerjaan rumah terberat PT Bank Permata Tbk. Pasalnya, tren memburuknya kualitas kredit membuat bank patungan milik Astra International dan Standard Chartered Bank ini harus menanggung rugi bersih. Menatap akhir tahun, Bank Permata merancang tiga strategi andalan untuk bersih-bersih kredit bermasalah. Seperti diketahui, sepanjang kuartal 1 2016, NPL gross bank berkode saham BNLI ini melonjak 186 basis poin (bps) menjadi 3,48% dari sebelumnya 1,62%. Siapa saja pemberat baki NPL Bank Permata? Mengacu laporan keuangan perseroan, ada tiga segmen kredit yang berkontribusi 74,39% terhadap NPL. Yakni, segmen kredit industri pengolahan, kredit perdagangan besar dan kecil dan kredit segmen transportasi, pergudangan dan komunikasi. Lebih rinci, kredit industri pengolahan tercatat menyumbang NPL sebesar Rp 1,09 triliun atau sebesar 27,27% dari total NPL.
Tiga sektor kredit penyebab NPL Bank Permata
Jakarta. Kenaikan kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) menjadi pekerjaan rumah terberat PT Bank Permata Tbk. Pasalnya, tren memburuknya kualitas kredit membuat bank patungan milik Astra International dan Standard Chartered Bank ini harus menanggung rugi bersih. Menatap akhir tahun, Bank Permata merancang tiga strategi andalan untuk bersih-bersih kredit bermasalah. Seperti diketahui, sepanjang kuartal 1 2016, NPL gross bank berkode saham BNLI ini melonjak 186 basis poin (bps) menjadi 3,48% dari sebelumnya 1,62%. Siapa saja pemberat baki NPL Bank Permata? Mengacu laporan keuangan perseroan, ada tiga segmen kredit yang berkontribusi 74,39% terhadap NPL. Yakni, segmen kredit industri pengolahan, kredit perdagangan besar dan kecil dan kredit segmen transportasi, pergudangan dan komunikasi. Lebih rinci, kredit industri pengolahan tercatat menyumbang NPL sebesar Rp 1,09 triliun atau sebesar 27,27% dari total NPL.