JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM) menilai tugas Direktur Utama Pertamina yang baru akan cukup berat. Ada tiga agenda tugas yang mesti diselesaikan dengan cepat untuk memastikan ketahanan energi nasional. Seperti ditulis KONTAN (17/1) lalu, Diektur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan bakal diganti lantaran beberapa hal, seperti tidak tercapainya produksi, bersitegangnya dia dengan Presiden SBY soal pembangunan menara Pertamina, dan memang masa jabatannya habis pada 5 Maret 2013 mendatang. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo, mengatakan, Dirut Pertamina yang baru harus bisa merealisasikan peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) sesuai target yang telah direncanakan oleh pemerintah dan Pertamina.
Selain itu, menurutnya, tugas Dirut baru tersebut juga harus meningkatkan efisiensi pengolahan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan juga merealisasikan pembangunan dua kilang minyak dengan masing-masing berkapasitas 300.000 barel. "Kami sudah beri lampu hijau soal kilang," ungkap dia kepada KONTAN, Minggu (3/2). Sejauh ini menurut Susilo, kinerja Karen sudah bagus, namun memang, soal penggantinya itu urusan Menteri ESDM Jero Wacik dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. "Kalau saya sama sekali tidak terlibat dalam proses penggantian," elak Susilo. Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengatakan, pergantian Karen merupakan hal yang sensitif untuk dibahas. "Saya tidak mau heboh-heboh pergantian Dirut BUMN. Ini suatu hal yang sensitif," kata Dahlan. Dahlan mengaku, khawatir jika dia menyebut nama calon pengganti Karen tersebut ke masyarakat. "Pergantian direksi hebohnya lebih lama dibanding masa jabatannya," ujarnya. Cari alternatif kandidat Seperti diketahui, nama-nama yang beredar sebagai kandidat Dirut Pertamina adalah Emirsyah Satar, Dirut PT Garuda Indonesia Tbk, Hanung Budya Yuktyanta, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Irnanda Laksanawan, mantan Komisaris Pertamina, dan Henky Triharyo Susilo, mantan Wakil Komisaris Utama Pertamina. Menurut Pengamat Perminyakan Kurtubi, berprestasinya Emirsyah Satar memimpin Garuda Indonesia tidak lantas dia bisa menjadi Dirut Pertamina. "Dirut Pertamina itu harus memiliki latar belakang perminyakan, tidak bisa hanya berbekal kemampuan manajemen," ungkap dia. Dia menilai keempat kandidat tersebut tidak layak menjadi Dirut Pertamina, sebab mereka tidak memiliki kompetensi yang mumpuni dan juga tidak memiliki integritas dalam memajukan Pertamina. "Saya kira kita perlu orang-orang yang berani untuk menentang kebijakan-kebijakan yang merugikan Pertamina," ungkap dia. Menurutnya, ada beberapa orang yang pantas menduduki jabatan Dirut Pertamina, misalnya seperti Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi, Salis Aprilian dan Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsul Alam. "Mereka jelas memiliki kompetensi, integritas serta berani," ungkap dia.
Senada dengan Kurtubi. pengamat energi dari ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan, kompetensi dan integritas serta menomorsatukan kepentingan nasional menjadi catatan penting bagi calon Dirut Pertamina. "Bukan malah berangkat dari kepentingan Parpol, Golongan, apalagi Istana," ungkap dia. Komaidi mengingatkan, jika pemerintah memilih Dirut Pertamina yang baru, maka pemerintah mesti mendukung strategi Pertamina dalam melakukan bisnis, seperti melakukan akuisisi ladang migas di luar negeri. "Lihat akuisisi Petrodelta di Venezuela sampai sekarang belum diberi restu hanya lips service. Kalau pemerintah mau pendapatan negara dari pertamina besar, harus dukung pertamina," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini