Tiga tantangan industri perbankan syariah



JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut ada tiga tantangan berat yang harus dihadapi kalangan industri perbankan syariah pada tahun ini.Menurut Edy Setiady, Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah OJK, tantangan pertama adalah pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan masyarakat yang tidak lagi mengimbangi pertumbuhan pembiayaan. Kondisi ini terjadi sejak triwulan II tahun 2012."Penyebabnya, persaingan memperebutkan likuiditas serta meningkatnya motif berjaga-jaga atau precautionary motives nasabah," kata Edy, beberapa waktu lalu di Jakarta. Selain itu, kenaikan margin imbal hasil sejak kuartal III tidak segera direspon dengan menaikkan margin pembiayaan karena terkait kinerja sektor riil.

Kedua, kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditas masih relatif terbatas. Volume pasar uang antar bank syariah (PUAS) naik pesat 58% per September tahun lalu. Namun volume kumulatif masih rendah, sekitar Rp 60 triliun. Selain itu, transaksi antara BUK Induk dengan Bank Syariah masih cukup dominan.Ketiga, kondisi pasar kredit atau pembiayaan yang mengetat seiring kontraksi ekonomi yang membatasi laju ekspansi pembiayaan yang diberikan (PYD). "Terjadinya inflasi dan tekanan eksternal berpotensi meningkatkan resiko pembiayaan macet (NPF)," kata Edy. Terlihat, NPF bank syariah di kuarta IV tahun lalu sudah mencapai 2,62%, lebih tinggi ketimbang rasio kredit macet bank konvensional 1,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sanny Cicilia