JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mencoba menepis kekhawatiran pengelola tiga terminal apung gas alias floating storage and ragasification unit (FSRU). Senin (25/6), BP Migas memastikan bahwa tiga FSRU itu bakal mendapat pasokan gas alam cari atau liquefied natural gas (LNG) dari dalam negeri. Sebagai gambaran, pemerintah berinisiatif membangun empat FSRU untuk mengamankan pasokan gas domestik, yakni di Aceh, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Saat ini, baru FSRU Jawa Barat dengan kapasitas 3 juta ton per tahun yang sudah mulai beroperasi. FSRU lainnya adalah hasil revitalisasi Kilang LNG Arun di Aceh dengan kapasitas 2,5 juta ton. Ada pula proyek FSRU Lampung berkapasitas 1,5 juta ton hingga 2 juta ton per tahun. Proyek selanjutnya adalah FSRU Jawa Tengah yang berkapasitas 3 juta ton per tahun.
Persoalannya, pengelola empat FSRU itu khawatir tak mendapat pasokan gas. Percuma saja membangun terminal apung LNG tanpa kepastian pasokan gas. Nah, Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Hardiono, menandaskan, pasokan gas alam cair bagi tiga FSRU tersebut sudah ada. Ketiganya akan mendapat LNG dari Kilang Tangguh di Papua dan Kilang Bontang di Kalimantan Timur. LNG dari Tangguh merupakan hasil pengalihan 90% jatah LNG untuk Sempra Energy di Amerika Serikat. "Dari sini bisa mendapat 50 kargo," kata dia, Minggu 24/6). Asal tahu saja, Kilang Tangguh seharusnya memasok 60 kargo LNG per tahun ke Sempra. Berdasarkan kontrak, 50% dari jatah tersebut bisa dialihkan ke pihak lain dengan imbalan 1,5% dari harga LNG. Indonesia bisa menego pengalihan hingga 54 kargo atau 90% dari jatah Sempra. Harga mengacu pasar Hardiono menuturkan, FSRU Jawa Barat telah mendapat pasokan LNG dari Kilang Bontang sebanyak 16 kargo. Mestinya, unit penampungan gas pertama itu mendapat alokasi 23 kargo.