KONTAN.CO.ID - JAKARTA. TikTok Music, layanan streaming musik dari TikTok yang sempat dianggap sebagai "Spotify killer," akan resmi ditutup pada 28 November 2024. Pengumuman ini mengejutkan industri musik global, mengingat potensi besar TikTok dalam membentuk kebiasaan mendengarkan musik di seluruh dunia. Mengutip
musicbusinessworldwide.com, layanan ini, yang awalnya tersedia di Indonesia, Brasil, Australia, Singapura, dan Meksiko, akan berakhir hanya beberapa tahun setelah peluncurannya. TikTok kini berfokus pada strategi kolaboratif melalui fitur "Add to Music App", yang memungkinkan pengguna menyimpan lagu dari TikTok ke platform streaming musik pilihan mereka, seperti Spotify dan Apple Music.
Alasan Penutupan TikTok Music
TikTok menjelaskan bahwa keputusan untuk menutup layanan TikTok Music adalah bagian dari strategi perusahaan untuk beralih dari bersaing langsung dengan platform musik lainnya, seperti Spotify dan Apple Music, menjadi berkolaborasi dengan mereka.
Baca Juga: Miliarder Ini Peringatkan Soal Beban Utang Pemerintah AS yang Terus Meningkat Fitur "Add to Music App" yang mereka kembangkan telah terbukti efektif dalam mendorong konsumsi musik di layanan pihak ketiga. Fitur ini memungkinkan pengguna TikTok menyimpan lagu yang mereka temukan di platform tersebut ke dalam playlist di layanan streaming yang telah bermitra, seperti Spotify, Apple Music, dan Amazon Music. Menurut Ole Obermann, Kepala Global Pengembangan Bisnis Musik TikTok, fitur ini telah membantu menyimpan ratusan juta trek ke playlist pada layanan streaming musik mitra. TikTok percaya bahwa dengan berfokus pada kolaborasi ini, mereka dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi para artis, penulis lagu, dan industri musik secara keseluruhan.
Sejarah TikTok Music
TikTok Music diluncurkan sebagai evolusi dari Resso, layanan streaming musik milik ByteDance yang lebih dulu hadir di Indonesia dan Brasil. Pada musim panas 2023, TikTok Music secara resmi diperkenalkan di kedua negara tersebut dengan lisensi dari tiga perusahaan musik besar. Pada bulan Oktober 2023, TikTok Music kemudian diluncurkan di Australia, Singapura, dan Meksiko. Namun, sejak awal, layanan ini sudah menghadapi tantangan besar, seperti absennya katalog musik dari Universal Music Group (UMG) dalam peluncuran di beberapa negara. Meski masalah lisensi ini kemudian berhasil diatasi, pertumbuhan TikTok Music tampaknya masih menghadapi rintangan yang sulit diatasi.
Baca Juga: TikTok Terancam Dilarang Pemerintah AS Jika Tak Segera Melakukan Divestasi Kolaborasi Lebih dari Kompetisi
Penutupan TikTok Music dapat dilihat sebagai langkah strategis ByteDance untuk memfokuskan sumber daya mereka pada pengembangan fitur yang memperkuat peran TikTok dalam ekosistem musik global. Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah menjadi platform penting bagi artis dan lagu-lagu baru untuk mendapatkan popularitas. Sebuah data dari TikTok menyebutkan bahwa 27% dari Top 100 single di Jerman tahun lalu pertama kali viral di TikTok sebelum menjadi hit di tangga lagu nasional. Dengan tren ini, TikTok melihat peluang untuk bermitra dengan platform musik yang sudah mapan, alih-alih bersaing langsung dengan mereka. Fitur "Add to Music App" memungkinkan TikTok untuk tetap berperan besar dalam menghubungkan pengguna dengan musik yang mereka sukai, sambil meningkatkan konsumsi di platform seperti Spotify, Apple Music, dan Amazon Music.
Masa Depan TikTok dalam Musik
Meskipun penutupan TikTok Music mungkin mengecewakan bagi sebagian pengguna, TikTok tetap memiliki pengaruh besar di industri musik global. Lebih dari 180 negara kini memiliki akses ke fitur "Add to Music App," dan TikTok sedang dalam pembicaraan dengan platform streaming musik lainnya untuk memperluas kemitraan ini.
Baca Juga: TikTok Sedang Bertarung di Pengadilan AS, Kemungkinan Besar akan Kalah Keputusan ini menegaskan bahwa TikTok lebih fokus pada peran mereka sebagai pemicu tren musik dan penemuan lagu, yang dapat mendukung keberhasilan artis dan label rekaman di platform pihak ketiga. Langkah ini mencerminkan evolusi dari model bisnis yang lebih kooperatif, dengan tujuan untuk menciptakan nilai lebih bagi para pemangku kepentingan di seluruh ekosistem musik.
Editor: Handoyo .