Tim khusus ekonomi Papua di Bappenas



JAKARTA. Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam bagi Pembangunan Ekonomi Papua mulai bekerja untuk mengevaluasi peraturan terkait dengan pengembangan kawasan di Papua dan Papua Barat. Tim tersebut juga telah menetapkan sekretariat di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Bambang Gatot Ariyono, Sektretaris Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan SDA bagi Pembangunan Ekonomi Papua sekaligus Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, tim khusus telah melaporkan hasil pertemuan awal dengan kementerian dan lembaga lain kepada Presiden Joko Widodo. "Sekretariat jugas sudah ditetapkan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)," kata dia, Senin (3/8).

Asal tahu saja, pemerintah merilis Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 terkait pembentukan tim dengan tugas utama untuk merumuskan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar dapat menggelar pembangunan smelter tembaga di Papua. Tim tersebut diketuai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Andrinof Chaniago dan beranggotakan sembilan kementerian dan beberapa lembaga seperti Jaksa Agung, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Gubernur Papua, dan Gubernur Papua Barat.


Namun, Bambang tidak mau merinci hasil laporan awal tim khusus smelter Papua tersebut. Yang jelas, tim ini juga diwajibkan melaporkan hasil perkembangan setiap bulan ke presiden.

Sebelumnya, Rizky Ferianto, Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Bappenas yang juga menjabat sebagai Sekretaris Tim Kajian Kebijakan Pengelolaan SDA bagi Pembangunan Ekonomi Papua mengatakan, dalam dua bulan pertama, kajian tim khusus masih membahas hal umum terkait seluruh askpek mulai dari kehutanan, sumber daya mineral, kewilayahan, pertanian, listrik, air, dan infrastrruktur. Namun ke depannya, kajian tim khusus akan mengerucut ke isu prioritas terkait pengelolaan SDA.

Tim tersebut juga melibatkan tenaga ahli serta pihak swasta yang berkepentingan dengan perekonomian Papua. "Kami akan undang PT Freeport Indonesia selaku produsen tembaga olahan tanpa pemurnian alias konsentrat, juga BP Tangguh Ltd selaku produsen liquid natural gas (LNG)," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia