JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas beberkan kecurangan anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni Pertamina Trading Limited (Petral). Hal tersebut terungkap, ketika Ketua Tim Reformasi, Faisal Basri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkunjung ke kantor Petral yang berada di Singapura. Faisal mengungkapkan, kecurangan pertama Petral adalah, telah mengamankan mayoritas kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) berikut minyak mentah impor yang dibutuhkan Indonesia. "Ketika fungsi Petral dialihkan ke Integrated Supply Chain, Petral buru-buru melakukan pengadaan BBM dengan tenor enam bulan, padahal umumnya hanya tiga bulan," ungkapnya, di Kantor Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Rabu (1/4). Selain itu, Faisal bilang, ada hal yang tidak wajar pada pendapatan atau gaji Presiden Petral yang pada saat itu menjabat yaitu Bambang Irianto mencapai S$ 44.000 (dolar Singapura) dengan jumlah pesangon (severance payment) yang fantastis di angka S$ 1.195.508. "Saat saya tanya gaji Direktur Utama Pertamina saja jauh di bawah itu," kisahnya. Malahan, tak kalah mengejutkan dari gaji, kata Faisal, Petral juga mengoleksi sertifikat berharga berupa surat utang (global bond) Pertamina yang diketahui merupakan induk usahanya. “Dengan kata lain pendapatan (sebagian) Petral berasal dari bunga yang dibayarkan induk perusahaannya sendiri. Ini yang aneh. Saya tegaskan lagi Pertal tak perlu cari-cari tahu lah kenapa Faisal bisa tahu ini (global bond),” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tim Reformasi beberkan kecurangan Petral
JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas beberkan kecurangan anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni Pertamina Trading Limited (Petral). Hal tersebut terungkap, ketika Ketua Tim Reformasi, Faisal Basri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkunjung ke kantor Petral yang berada di Singapura. Faisal mengungkapkan, kecurangan pertama Petral adalah, telah mengamankan mayoritas kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) berikut minyak mentah impor yang dibutuhkan Indonesia. "Ketika fungsi Petral dialihkan ke Integrated Supply Chain, Petral buru-buru melakukan pengadaan BBM dengan tenor enam bulan, padahal umumnya hanya tiga bulan," ungkapnya, di Kantor Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Rabu (1/4). Selain itu, Faisal bilang, ada hal yang tidak wajar pada pendapatan atau gaji Presiden Petral yang pada saat itu menjabat yaitu Bambang Irianto mencapai S$ 44.000 (dolar Singapura) dengan jumlah pesangon (severance payment) yang fantastis di angka S$ 1.195.508. "Saat saya tanya gaji Direktur Utama Pertamina saja jauh di bawah itu," kisahnya. Malahan, tak kalah mengejutkan dari gaji, kata Faisal, Petral juga mengoleksi sertifikat berharga berupa surat utang (global bond) Pertamina yang diketahui merupakan induk usahanya. “Dengan kata lain pendapatan (sebagian) Petral berasal dari bunga yang dibayarkan induk perusahaannya sendiri. Ini yang aneh. Saya tegaskan lagi Pertal tak perlu cari-cari tahu lah kenapa Faisal bisa tahu ini (global bond),” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News