Tim Walz dan JD Vance Berdebat dengan Nada Lebih Tenang di Tengah Kampanye yang Panas



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Debat calon wakil presiden antara Demokrat Tim Walz dan Republikan JD Vance berlangsung pada Selasa dengan nada yang lebih tenang, meskipun kampanye pemilihan yang sedang berlangsung diwarnai oleh retorika inflamasi dan dua percobaan pembunuhan.

Walz dan Vance, yang selama ini saling menyerang di jalur kampanye, pada malam itu lebih banyak mengarahkan kritik mereka kepada kandidat di puncak tiket masing-masing, yaitu Wakil Presiden Kamala Harris dari Demokrat dan mantan Presiden Donald Trump dari Republik.

Ketegangan dalam Menjawab Hasil Pemilu 2020

Pertukaran yang paling menegangkan terjadi menjelang akhir debat, ketika Vance yang pernah mengatakan bahwa ia tidak akan mendukung sertifikasi hasil pemilu 2020 menghindari pertanyaan apakah ia akan menantang hasil pemilu kali ini jika Trump kalah.


Baca Juga: Tim Walz Vs JD Vance, Debat Calon Wakil Presiden AS yang Sangat Dinanti

Walz menanggapi dengan menyalahkan klaim palsu Trump tentang penipuan pemilih yang memicu kerusuhan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS dalam upaya yang gagal untuk mencegah sertifikasi kemenangan Joe Biden.

"Dia masih mengatakan dia tidak kalah dalam pemilu," kata Walz, sebelum bertanya langsung kepada Vance, "Apakah dia kalah dalam pemilu 2020?"

Vance kembali menghindari pertanyaan tersebut, malah menuduh Harris berupaya melakukan sensor online terhadap pandangan yang berlawanan.

"Itu adalah jawaban yang mengerikan," balas Walz.

Dua Tokoh Midwest dengan Pandangan Bertentangan

Walz, 60, yang merupakan gubernur liberal Minnesota dan mantan guru sekolah menengah, serta Vance, 40, seorang penulis buku terlaris dan senator konservatif dari Ohio, memposisikan diri sebagai dua putra dari jantung Amerika Serikat bagian Midwest dengan pandangan yang sangat bertolak belakang tentang isu-isu yang sedang mengguncang negara.

Debat ini merupakan kesempatan terakhir sebelum pemilihan presiden 5 November, di mana mereka berdebat tentang krisis di Timur Tengah, imigrasi, pajak, aborsi, perubahan iklim, dan ekonomi.

Baca Juga: Donald Trump Menunjukkan Kekuatannya di Medan Pertarungan Wilayah Sun Belt

Meskipun begitu, kedua kandidat sebagian besar berusaha mempertahankan nada yang lebih tenang dan sopan. Mereka bahkan saling berterima kasih meskipun tetap menyerang pasangan mereka masing-masing.

Kritik Terhadap Kamala Harris dan Donald Trump

Vance mengkritik Harris karena dianggap tidak melakukan cukup banyak dalam menangani inflasi, imigrasi, dan ekonomi selama ia menjabat sebagai wakil presiden di bawah pemerintahan Biden. Vance mengklaim bahwa Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya.

Sementara itu, Walz menggambarkan Trump sebagai pemimpin yang tidak stabil dan menuduhnya lebih memprioritaskan kaum miliarder. Walz juga menyerang Trump atas kegagalannya menyelesaikan isu imigrasi, meskipun Trump telah menjanjikan penyelesaian yang mudah selama kampanye presidennya.

"Donald Trump punya empat tahun untuk menyelesaikan ini, dan dia berjanji kepada Anda, rakyat Amerika, bahwa itu akan mudah," kata Walz.

Isu Timur Tengah dan Iran

Debat dimulai dengan pembahasan tentang krisis yang terus berkembang di Timur Tengah, di mana Israel melanjutkan serangannya di Lebanon selatan dan Iran melancarkan serangan rudal balasan terhadap Israel.

Baca Juga: Pemilu AS: Kamala Harris Ungguli Donald Trump dalam Dua Jajak Pendapat Nasional

Walz menyatakan bahwa Trump terlalu "labil" dan simpatik terhadap para penguasa otoriter untuk dapat dipercaya menangani konflik yang semakin memburuk tersebut. Sebaliknya, Vance menyatakan bahwa Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya.

Ketika ditanya apakah ia akan mendukung serangan preemptive Israel terhadap Iran, Vance mengatakan bahwa ia akan menyerahkan keputusan tersebut kepada Israel. Walz tidak memberikan jawaban langsung atas pertanyaan itu.

Selama debat berlangsung, Trump terus memposting komentar di situs Truth Social miliknya, menyerang moderator CBS dan menyebut Walz sebagai "menyedihkan" dan "ber-IQ rendah."

Pengaruh Debat terhadap Pemilu

Para analis politik umumnya menyatakan bahwa debat calon wakil presiden tidak secara signifikan mengubah hasil pemilihan. Namun, dalam pemilu yang sangat ketat seperti saat ini, pergeseran kecil dalam opini publik dapat terbukti menentukan.

Dalam polling terbaru, Harris berada sedikit di depan, tetapi pemilih masih terbagi rata di tujuh negara bagian kunci yang akan menentukan hasil pemilu pada bulan November.

Baca Juga: Trump Janji Tak Akan Ikuti Pilpres Lagi Jika Kalah Tahun Ini

Debat kali ini memberikan gambaran yang berbeda dari kampanye yang biasanya dipenuhi dengan retorika kasar dan serangan pribadi.

Meskipun nada debat relatif lebih sopan, hasil akhirnya tetap tergantung pada bagaimana pemilih menanggapi sikap dan pernyataan kedua kandidat tersebut dalam minggu-minggu terakhir menjelang hari pemungutan suara.

Editor: Handoyo .