Timah menanti progres perundingan perang dagang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak akhir Februari lalu harga timah mulai mengalami penurunan seiring intensitas perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang ditunggu pelaku pasar. Analis Asia Trade Point Futures, Cahyo Dewanto menilai ketidakpastian prospek perang dagang masih membayangi dunia industri elektronik China.

Jumat (15/3) harga timah untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange berada di US$ 20.075 per ton. Angka ini melemah 0,47% atau sekitar US$ 20.170 per ton pada perdagangan sebelumnya.

“Pertemuan April nanti apabila terjadi kesepakatan dagang diperkirakan menjadi titik tonggak pembalikan harga timah,” kata Cahyo kepada Kontan.co.id, Senin (18/3). 


China sebagai konsumen timah terbesar di dunia khususnya untuk elektronik jelas akan berpengaruh terhadap permintaan timah dunia.

Seiring dengan perundingan dagang AS-China harga timah masih melemah. Kata Cahyo, karena potensi risiko dari perundingan dagang AS-China juga sangat besar bila gagal yang mana dapat mengoreksi lagi pertumbuhan ekonomi global, termasuk China. Ia menegaskan untuk itulah pasar lebih memilih menunggu hasil pertemuan April mendatang.

Akan tetapi secara jangka panjang timah mempunyai potensi menguat seiring revolusi industri 4.0. Yakni dengan adanya kehadiran internet of things (loT) yg akan mendorong kebutuhan atas barang elektronika yang pastinya membutuhkan timah sebagai salah satu bahan produksi.

Indonesia sebagai eksportir timah terbesar kedua di dunia tentu juga memengaruhi harga timah. Permintaan timah Indonesia antara berasal dari China, Korea, AS, dan lain-lain.

Indonesia sebagai produsen timah saat ini terdukung oleh dibukanya lokasi tambang baru di Bangka Belitung dengan kapasitas 5.000 ton-10.000 ton per tahun. 

Selain itu, pemerintah juga sudah mempunyai Pusat Logistik Berikat (PLB) yang mendukung penyimpanan timah hingga 6.000 ton perbulan. Di mana sebelumnya harus menyimpan di PLB Singapura.

Ini membuat devisa negara kemabali dan faktor keamanan menjadi lebih baik. Cahyo berpendapat saat ini supply dan demand timah hampir bersajan selaras sehingga harga timah sedikit terkoreksi tetapi masih dalam tren bullish.

Cahyo memprediksi harga timah untuk perdagangan Selasa (19/3) berada di level US$ 21.040-US$ 21.090 per ton. Kemudian sepekan ke depan di kisaran US$ 20.980-US$ 21.200 per ton. Lebih lebar, prediksi harga timah sampai akhir tahun ini seharga US$ 20.400-US$ 20.600 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi