Timah menjual anak usaha ke China



JaKARTA. Merasa tak sanggup membiayai eksplorasi batubara underground, PT Timah (Persero) Tbk. memilih menjual 90% saham anak usahanya, PT Tanjung Alam Jaya ke investor China. Perusahaan telah meneken perjanjian jual-beli sejak Desember 2013.

Agung Nugroho, Corporate Secretary Timah menuturkan cadangan batubara di tambang terbuka (open pit) Tanjung Alam kian menipis. Saat ini cadangan batubara open pit hanya sekitar 10 juta ton, dengan kualitas kalori 6.500 kkal/kg hingga 7.000 kkal/kg.

Padahal cadangan batubara di dalam tanah masih besar, mencapai 186 juta ton. Namun, "Untuk melakukan eksploitasi lebih jauh harus melalui kegiatan tambang underground yang memerlukan investasi dan teknologi tinggi," kata Agung tanpa menyebutkan besaran investasi yang harus dikeluarkan, kepada Kontan, Rabu (26/3).


Atas dasar itulah, perusahaan memilih mencari mitra strategi untuk mengeksplorasi sumber daya di dalam tanah tersebut. Hasilnya, pada Desember 2013 silam, Timah telah meneken perjanjian jual beli kepemilikaan saham sebesar 90% kepada salah satu perusahaan asal Negeri Tirai Bambu.

Sayang, Agung enggan menyebutkan indentitas perusahaan yang dimaksud. "Yang jelas mereka punya pengalaman underground bawah tanah," kilah Agung.

Yakin lolos aturan

Agung memilih memastikan bahwa Timah sudah mengantongi restu Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM). Selain itu, lantaran biaya investasi underground terlalu mahal, perusahaan optimistis aksi alih kepemilikan saham kepada investor asing hingga 90% ini, tak akan menuai ganjalan terkait aturan divestasi.

Aturan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri ESDM nomor 27 tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan Harga Divestasi Saham serta Perubahan Penanaman Modal di Bidang Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Berdasarkan beleid,  batas maksimal pelepasan saham untuk izin usaha pertambangan status produksi ke perusahaan asing adalah 49%. Sementara dalam tahapan eksplorasi, paling banter asing hanya boleh mendekap 75% saham saja.

Perusahaan berhitung, pilihan melego anak usaha dengan porsi melebihi batas, lebih menguntungkan. "Nilai divestasi yang kami terima lebih baik dibandingkan jika melakukan investasi dan mengerjakan underground sendiri," kata Agung.

Timah menargetkan proses divestasi dengan investor China selesai tahun ini. Rencananya, dana hasil divestas dialokasikan untuk kegiatan operasional di unit usaha lain.

Asal tahu saja Tanjung Alam Jaya adalah pemegang konsesi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dengan luas areal 6.038 hektare (ha) di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Timah mengakuisisi 99,95% saham perusahaan ini lewat dua anak usaha, yakni PT TImah Investasi Mineral dan PT Tambang Timah.

Sepanjang 2013, Tanjung Alam Jaya memproduksi 487.851 ton batubara. Capaian ini turun 36,05% dibandingkan produksi tahun 2012

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina