Timah sejenak menanjak



JAKARTA. Harga timah mencoba merangkak naik. Namun sejatinya pergerakan harga timah masih menunggu konfirmasi data China.

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/5), harga timah menetap di level US$ 15.775 per ons troi. Harga naik 0,47% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga timah tergerus 0,78%.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, penguatan harga timah saat ini wajar. Sebab, harga timah sudah terjun bebas selama beberapa pekan terakhir. Bahkan, timah tak kuasa menguat pasca Bank Sentral China (PBoC) memangkas suku bunga acuan.


"Kenaikan timah hanya bersifat sementara. Selanjutnya nasib timah ditentukan oleh data manufaktur China yang akan di rilis pada minggu ini," terang Ibrahim.

Saat ini pelaku pasar tengah menanti data manufaktur China. Data manufaktur China yang akan dirilis pada Kamis (21/5) akan menjadi penentu pergerakan timah selanjutnya. Berdasarkan prediksi, indeks manufaktur China sebesar 49,5. Angka ini sedikit lebih baik dibanding bulan sebelumnya sebesar 48,9. Namun masih di bawah level 50 yang menandakan kontraksi masih berlangsung. Apabila rilis data manufaktur masih di bawah level 50 setelah pemangkasan suku bunga, maka ini mengonfirmasi kejatuhan harga lebih dalam.

Di sisi lain, indeks dollar AS bergerak turun 0,34% di akhir pekan menjadi 93,135. Pemicu penurunan indeks dollar ini adalah buruknya data ekonomi AS pada akhir pekan. Data tersebut adalah data produksi industri AS bulan Mei yang dirilis sebesar 3,1. Angka ini lebih rendah dari estimasi sebesar 5,1. Data manufaktur New York bulan April juga hanya membukukan angka minus 0,3%. Angka ini lebih rendah dari prediksi sebesar 0,1%. Sementara data tingkat kepercayaan konsumen AS bulan Mei meredup di level 88,6. Angka ini meleset dari dugaan 95,9.

"Tumbangnya data AS di akhir pekan menyumbang sedikit tenaga bagi timah. Namun, harga masih menunggu konfirmasi data manufaktur China," imbuh Ibrahim.

Secara teknikal, harga timah relatif wait and see. Hal ini ditunjukkan oleh pergerakan tiga indikator yakni moving average convergence divergence (MACD), stochastic dan relative strength index (RSI) yang belum masih tertahan di level tengah. Kondisi ini menegaskan naik maupun turunnya timah hanya akan tipis sebelum publikasi data manufaktur China. Sementara bollinger band dan moving average berada 30% di bawah bollinger tengah.

Ibrahim menduga harga timah pada Senin (18/5) akan berada di kisaran US$ 15.800-US$ 15.870 per metrik ton. Sementara harga timah sepekan akan terbentang di antara level US$ 15.680-US$ 15.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto