Timah targetkan produksi 30.000 MT pada 2013



JAKARTA. Hasil produksi PT Timah Tbk sepanjang 2012 diproyeksi melorot dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, perusahaan berkode saham TINS ini diperkirakan hanya mampu menghasilkan timah berkisar 29.400-30.000 metrik ton (MT).Padahal pada 2011 silam, perusahaan ini berhasil memproduksi timah sebanyak 38.000 MT. Itu artinya, terjadi penurunan produksi berkisar 21%-22,6% pada tahun lalu."Angka itu perhitungan sementara, kami masih mengumpulkan data untuk menyusun laporan detail,” ungkap Direktur Utama PT Timah, Sukrisno, Jumat (4/1).Namun, dia mengaku, produksi timah turun akibat kebijakan yang ditempuh perusahaan dalam menyiasati anjloknya harga timah di pasar internasional pada tahun lalu. Pada semester I-2012, harga jual timah anjlok ke level US$ 22.565 per MT. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, harganya masih di kisaran US$ 29.541 per MT.Menurut Sukrisno, penurunan produksi kala itu juga bertujuan untuk menjaga pendapatan perusahaan di tengah fluktuasi harga komoditas timah. Sayang, dia belum bersedia menyebut besaran laba yang diperolehan PT Timah sepanjang tahun lalu. Sekadar mengingatkan, hingga kuartal III-2012, perusahaan ini meraih laba bersih Rp 369,9 miliar, atau turun 57% dibanding periode yang sama tahun  2011. “Sudah tentu anjloknya harga jual timah memengaruhi rencana produksi kami. Untuk apa produksi besar-besar, tapi malah menurunkan laba,” jelasnya.Harga masih labilLantaran berkaca pada kondisi tahun lalu, maka PT Timah pun tidak memasang target produksi yang muluk-muluk ke depan. Kata Sukrisno, pihaknya hanya mematok target produksi timah sebanyak 30.000 MT pada tahun ini. Pasalnya, sejauh ini, harga komoditas di pasar internasional masih labil. "Kami mau menahan kenaikan target produksi. Ini karena harga timah sepertinya masih akan bergerak di kisaran US$ 20.000-US$ 26.000 per MT," paparnya.Demi menjaga laba, PT Timah juga melanjutkan upaya efisiensi pada sejumlah lini, seperti pada biaya operasional perusahaan, produksi, hingga besaran investasi untuk ekspansi.Sukrisno mengaku, perusahaan hanya menganggarkan dana sekitar Rp 1,5 triliun untuk investasi di tahun ini. Dana tersebut akan dialokasikan untuk mengembangkan infrastruktur produksi yang sudah berjalan, dan merealisasikan sejumlah rencana akuisisi di sektor mineral dan batubara. “Kami berharap upaya efisiensi ini memberikan hasil positif untuk beberapa tahun ke depan. Walaupun berhemat, tapi kami berkomitmen agar kinerja perusahaan tidak jalan di tempat,” ucapnya.Sekadar mengingatkan, PT Timah memang menyiapkan rencana ekspansi. Perusahaan pelat merah ini sedang membidik dua konsesi pertambangan (KP) batubara di wilayah Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Akuisisi ini cara PT Timah menambah cadangan batubara yang dimiliki anak usahanya. Untuk memuluskan rencana akuisisi tersebut, PT TImah juga telah menyiapkan investasi Rp 500 miliar. Sukrisno menargetkan, akuisisi satu dari dua tambang itu bisa rampung tahun ini.Sekretaris Perusahaan PT Timah, Agung Nugroho menambahkan, saat ini, pihaknya masih melakukan uji tuntas terhadap dua KP tersebut. Selain itu, pihaknya juga sedang memproses rencana ekspansi ke luar negeri, yaitu membeli tambang timah di Myanmar. Saat ini, perusahaan masih menunggu keluarnya izin partisipatif eksplorasi untuk bisa segera menggarap tambang timah di Myanmar. Untuk ekspansi luar negeri ini, PT Timah telah menyiapkan dana hingga US$ 180 juta atau setara Rp 1,728 triliun. Dana itu untuk pembebesan lahan, pembangunan infrastruktur, serta perizinan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini