Timah (TINS) Catat Pendapatan Rp 2,05 Triliun di Kuartal I 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen timah pelat merah, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,05 triliun di kuartal I 2024. Pendapatan ini turun 5,3% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 2,17 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Melansir laporan keuangan, pendapatan dan laba TINS kompak turun di tiga bulan pertama tahun 2024.

Jika dirinci, mayoritas pendapatan TINS disumbang oleh segmen logam timah sebesar Rp 1,49 triliun. Disusul segmen tin chemical Rp 289,23 miliar, segmen batu bara Rp 136,16 miliar, dan segmen tin solder Rp 58,20 miliar.


Lalu, segmen jasa galangan kapal Rp 20,60 miliar, segmen real estate Rp 55,83 miliar, segmen jasa pengangkutan dan asuransi Rp 3,24 miliar, serta segmen lain-lain Rp 2 juta.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal ANTM, JSMR, dan TINS untuk Kamis (2/4)

Beban pokok pendapatan tercatat Rp 1,76 triliun di kuartal I 2024, turun dari Rp 1,90 triliun di kuartal I 2023. Alhasil, laba bruto TINS naik 12,15% yoy ke Rp 295,39 miliar di akhir Maret 2024, dari sebelumnya Rp 263,38 miliar.

Setelah diakumulasikan pendapatan dan beban lainnya, TINS mengantongi laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 29,5 miliar di kuartal I 2024. Ini turun 41,24% yoy dari sebelumnya Rp 50,27 miliar.

Laba per saham dasar juga turun ke Rp 4 di kuartal I 2024, dari sebelumnya Rp 7 di kuartal I 2023. TINS mencatatkan EBITDA sebesar Rp 335 miliar per akhir Maret 2024, setara dengan 101% yoy dari Rp 333 miliar di akhir Maret 2023.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani mengatakan, penurunan pendapatan TINS di kuartal I 2024 terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 1,9% yoy dan penurunan harga pokok pendapatan sebesar 7,7% yoy.

Pada kuartal I 2023, harga jual rata-rata logam timah senilai US$ 26.573 per metrik ton. Lalu, harga jual rata-rata logam timah menjadi US$ 27.071 per metrik ton di kuartal I 2024.

Sementara, harga pokok pendapatan turun dari Rp 1,91 triliun di kuartal I 2023, menjadi Rp1,76 triliun di kuartal I 2024.

Per akhir Maret 2024, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 5.360 ton, naik 29,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 4.139 ton. Produksi logam naik 12,7% yoy menjadi 4.475 ton, dari sebelumnya sebesar 3.970 ton di kuartal I 2023. Sementara, penjualan logam timah turun 17% yoy menjadi 3.524 ton, dari 4.246 ton di kuartal I 2023.

Dalam kurun waktu tersebut, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 91% dengan enam besar negara tujuan ekspor. Yaitu, Singapura 22%, Korea Selatan 14%, Amerika Serikat 11%, Jepang 9%, India 8%, dan Belanda 8%.

Posisi nilai aset Perseroan pada kuartal I 2024 sebesar Rp 12,82 triliun. Sementara, posisi liabilitas sebesar Rp 6,46 triliun, turun 2,35% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,61 triliun akibat berkurangnya interest bearing debt dan beban akrual.

Baca Juga: Dukung Peningkatan Nilai Tambah, MIND ID Manfaatkan Tren Perkembangan Teknologi

Posisi ekuitas TINS sebesar Rp 6,37 triliun, naik 2,01% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,24 triliun.

“Sampai dengan kuartal I 2024, Perseroan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksi, di antaranya optimalisasi produksi tambang laut dan darat, optimalisasi peralatan tambang, serta optimalisasi produksi dari sisa hasil pengolahan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/4).

Menurut Fina, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 12% menjadi US$ 29.084 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 sebesar US$ 25.959 per ton. Proyeksi harga timah versi Bloomberg di kisaran US$ 23.000 – US$ 29.000 per metrik ton.

TINS memasang sejumlah strategi untuk mencapai target produksi, seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer melalui peningkatan recovery, perbaikan tata kelola kemitraan penambangan, optimalisasi produksi melalui percepatan pembukaan lokasi baru, serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi