Timbang rekomendasi analis untuk saham second dan third liner berikut ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat 6,35% dalam sebulan terakhir. Pada perdagangan Jumat (8/10), IHSG ditutup menguat 1,02% ke level 6.481,77. Selain saham berkapitalisasi pasar besar, saham-saham dengan kapitalisasi pasar menengah dan kecil juga turut merangkak naik.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, salah satu faktor yang membuat saham lapis kedua mulai meningkat yaitu kondisi pasar yang saat ini berada dalam tren penguatan, tercermin dari pemulihan cepat saham-saham first liner.

Menurut Alfred, kondisi pasar yang bullish memberikan efek peningkatan toleransi risiko terhadap saham-saham lapis kedua dan lapis ketiga. “Ini yang membuat pergerakan saham-saham lapis kedua cenderung akan terlambat dibandingkan saham-saham lapis pertama,” ujarnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (10/10).


Ia mengambil contoh saham-saham dari sektor pertambangan batubara, efek dari membaranya harga batubara terjadi pada saham emiten first liner seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Baca Juga: Menimbang-nimbang saham-saham lapis dua dan tiga yang yang masih menarik

Nah ketika harga batubara terus terkerek, penguatan saham-saham lapis pertama tersebut diikuti saham second liner dan third liner seperti saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), ataupun PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).

Saham ADRO dan ITMG sudah mulai bergerak naik sejak 21 September 2021, sementara saham BUMI baru bergerak naik di tanggal 24 September 2021. Sehingga, Alfred bilang, pergerakan saham-saham second atau third liner tak lepas dari pergerakan saham first liner di sektornya.

Dalam kondisi saat ini, kata Alfred, saham-saham second dan third liner justru memiliki potensi yang lebih ketimbang lapis pertama. Misalnya saja dari sektor pakan ternak, saham lapis pertama seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang memiliki valuasi PER 18,23 kali, sementara itu saham second liner seperti PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) mempunyai valuasi PE 7,05 kali dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) di 7,18 kali.

“Tentu gap jauh tersebut akan mampu memberikan potensi upside yang besar,” tambah Alfred. Yang jadi catatan, investor harus tetap memperhatikan saham-saham second dan third liner dengan fundamental yang solid.

Lalu, mana saja sih saham-saham second atau third liner yang memiliki fundamental solid?

Alfred melihat, ada sejumlah saham-saham lapis dua dan lapis tiga yang menarik dengan fundamental solid yang memiliki perbedaan rasio PER cukup jauh dengan emiten lapis pertamanya.

Dari sektor poultry, kata dia,  ada saham JPFA, dari sektor pertambangan batubara ada saham TOBA. Lalu, dari sektor industri baja ada PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), sektor CPO ada saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).

Kemudian dari sektor perbankan ada saham PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), dan dari sektor transportasi dan logistik ada saham PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR).

“Kondisi bullish pasar dan juga sektoral seperti kenaikan harga komoditi produknya, atau kalau di industri baja terjadinya subsitusi produk baja, menjadi sentiment positif saham-saham tersebut,” ujarnya.

Alfred memberikan rekomendasi buy saham JPFA dengan target harga Rp 2.400, SMDR dengan target harga Rp 1.200, ISSP dengan target harga Rp 420 dan SGRO dengan target harga Rp 2.450.

Selanjutnya: Harga logam industri naik, simak rekomendasi saham emiten-emiten tambang ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat