Timika kian bergolak, Freeport kewalahan



JAKARTA. Setelah aksi mogok lama tak membuahkan hasil, karyawan PT Freeport mencari cara lain. Mereka memblokade jalan dan bandara di sekitar lokasi pertambangan perusahaan di Timika, Papua. Situasi pun makin bergejolak. Akibatnya, aktivitas produksi Freeport merosot drastis.

Pihak manajemen memutuskan hanya melakukan operasional dalam kapasitas terbatas.Juru Bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait menyatakan, aktivitas operasi perusahaan saat ini hanya sebatas pemeliharaan pertambangan, misalnya menjaga dinding-dinding tambang supaya tidak longsor.

Menurutnya, ini sesuai dengan permintaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Operasinya tidak berhenti total, tetapi berproduksi dalam kapasitas terbatas karena situasi keamanan," ujar Ramdani kepada KONTAN, Senin (17/10) malam. Sayangnya, ia enggan mengungkapkan data penurunan produksi tersebut.


Ia menuturkan, Freeport terpaksa melakukan itu semua karena ada pemotongan pipa pengangkut di mil 45. Pipa tersebut mengangkut konsentrat basah emas dan tembaga dari dataran tinggi ke pelabuhan. Akibat pemotongan tersebut, pipa itu tak bisa digunakan lagi.

Operasi juga terganggu karena terjadi pemalangan atau blokade oleh karyawan di mil 28. Akses logistik pun menjadi terhambat. Alhasil, perusahaan tak bisa memasok lagi kebutuhan logistik karyawan yang bekerja di lokasi.

Pemboikotan juga terjadi di bandara Timika. "Pasokan avtur tidak ada, sehingga pesawat yang mengantar logistik tidak beroperasi," tambahnya.Juli Parorongan, Juru Bicara Serikat Pekerja mengatakan, karyawan memang melakukan pemboikotan di mil 28 dan bandara. "Pemalangan jalan karena reaksi dari sikap manajemen yang tidak mau menerima tuntutan karyawan," ujar Juli kepada KONTAN, kemarin (17/10).

Juli mengatakan, serikat pekerja sudah beritikad baik dengan menurunkan tuntutan kenaikan upah dari yang sebelumnya US$ 17,5 menjadi US$ 7,5, namun manajemen tak bergeming.

Meski mengaku memblokir jalan dan bandara, Juli membantah dengan tegas tudingan Freeport yang mengaitkan pemotongan pipa di mil 45 dengan karyawan."Bisa jadi mereka (manajemen) sendiri yang melakukan pemotongan," tukasnya.

Juli menegaskan tidak mungkin karyawan yang melakukan pemotongan itu karena karyawan hanya menguasai mil 28. "Kami tidak punya akses ke mil 45, apalagi itu dijaga ketat oleh aparat kepolisian," lanjutnya.

Apapun alasan pekerja, Ramdani menegaskan pemblokiran yang dilakukan telah melangar perjanjian pemogokan damai. Ia bilang, manajemen meminta pemerintah turun tangan membantu memulihkan situasi ini, termasuk mengungkap pelaku penembakan karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can