KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinarmas Sekuritas memprediksi konflik Timur Tengah tidak begitu berpengaruh langsung pada bursa saham Indonesia.
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy mengungkapkan dampak eskalasi konflik timur Tengah tidak begitu berpengaruh secara langsung terhadap bursa saham Indonesia. Menurutnya penurunan
IHSG yang terjadi pada pembukaan perdagangan hari pertama pasca libur lebaran semata untuk memfaktorkan penurunan bursa saham AS sepanjang pekan libur lebaran.
"Tekanan jual asing pun relatif terbatas dimana pada perdagangan hari Selasa (16/4) tercatat
outflows signifikan hanya pada saham Bank Central Asia (BBCA) Dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI)," jelasnya pada keterangan resmi, Kamis (18/4).
Baca Juga: ADIB Tertarik Beli Saham BSI (BRIS) Senilai US$ 1,1 Miliar, Ini Rekomendasi Sahamnya Isfhan menjelaskan Di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangan Iran terhadap Israel, pasar minyak bersiap menghadapi potensi volatilitas. Menurutnya meski harga minyak mentah Brent melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan di US$ 92,18 per barel sebagai antisipasi tindakan pembalasan, dampak sebenarnya terhadap pasar lebih terkendali. "Konflik Israel-Iran membawa konsekuensi besar, mengingat status Iran sebagai anggota pendiri OPEC dan produsen minyak yang signifikan, dengan menyumbang sekitar 3,2 juta barel per hari," ujarnya. Isfhan menambahkan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik yang telah mempengaruhi harga minyak, tren saat ini mengarah pada potensi risiko penurunan yang lebih tinggi, yang berpotensi mendorong harga turun menjadi US$ 75 pada akhir tahun. Namun, pergerakan berkelanjutan di atas US$ 100 per barel kemungkinan besar tidak terjadi tanpa adanya gangguan pasokan yang signifikan. Sementara itu, menurutnya dampak yang lebih luas terhadap perekonomian global semakin besar, dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap tekanan inflasi dan respons kebijakan bank sentral. "Ketika pasar menunggu langkah Israel selanjutnya dan potensi eskalasi lebih lanjut, investor tetap waspada terhadap perkembangan apa pun yang dapat berdampak pada harga minyak dan stabilitas ekonomi yang lebih luas," ucapnya. Menurut Isfhan situasi ini menggarisbawahi lemahnya keseimbangan antara ketegangan geopolitik dan fundamental pasar, dengan potensi kejadian tak terduga yang dapat memicu perubahan signifikan pada harga minyak dan prospek ekonomi global. Mengingat kompleksitas situasi ini, kami akan memantau dengan cermat perkembangan geopolitik dan potensi dampaknya terhadap pasar minyak dan dampak keseluruhannya terhadap lingkungan inflasi serta arah kebijakan suku bunga.
Baca Juga: Cari Saham Apik Bervaluasi Murah? Simak Rekomendasi dari Sejumlah Analis Ini Meski begitu Isfhan melihat hal tersebut hanya menjadi tren
bearish sementara bagi IHSG. Menurutnya justru sebaliknya hal ini merupakan peluang untuk masuk pada emiten-emiten berfundamental bagus. Maka ia merekomendasikan
buy pada saham Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dengan target harga Rp 12.750 per saham, kemudian
buy saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT) dengan target harga Rp 3.250 per saham,
buy PT Mayora Indah Tbk (
MYOR) dengan harga Rp 2.820.
"Sedangkan untuk sektor perbankan kami menyukai
BMRI (
buy , TP Rp 8.150, 22% potensi kenaikan), dan
BBNI (
buy, TP Rp 6,475, 22% potensi kenaikan),” jelas Isfhan. Selain itu Isfhan juga melihat potensi
reversal di Telkom Indonesia (TLKM) dikarenakan valuasi sudah menyentuh level 2 st. Deviasi di bawah rata-rata P/E 5-tahun di 11,7 kali. Maka ia juga merekomendasikan untuk
buy pada TLKM dengan target harga Rp 4.200. "Kami juga menyarankan investor agar tetap tenang dan memanfaatkan penurunan harga saham saat ini sebagai
entry point dengan harga yang terdiskon," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi