Timur Tengah memanas, Iran tuduh Israel membunuh ilmuwan nuklir mereka



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel membunuh ilmuwan nuklir terkemuka negara tersebut yang diyakini oleh negara Barat sebagai arsitek program nuklir militer rahasia milik Teheran.

Pemimpin ulama dan militer Iran mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh pada hari Jumat, yang selanjutnya dapat meningkatkan ketegangan di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya.

"Rakyat kami lebih bijaksana untuk tak jatuh ke dalam perangkap rezim Zionis. Iran pasti akan menanggapi kemartiran ilmuwan kami pada waktu yang tepat," kata Rouhani dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi.


Baca Juga: Ilmuwan nuklir paling terkemuka Iran tewas dibunuh dalam serangan mobil

"Sekali lagi, tangan jahat arogansi global dan tentara bayaran Zionis (Israel) ternoda dengan darah seorang putra Iran," kata Rouhani dalam sebuah pernyataan.

Kematian Fakhrizadeh dapat memicu konfrontasi antara Iran dan musuh-musuhnya pada minggu-minggu terakhir masa kepresidenan AS Donald Trump. 

Setidaknya empat ilmuwan tewas antara 2010 dan 2012 dalam apa yang dikatakan Teheran sebagai program pembunuhan yang bertujuan menyabotase program energi nuklirnya. Iran sendiri selalu membantah mengejar senjata nuklir.

Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan bahwa setelah sebuah mobil sarat bahan peledak meledak di dekat kendaraan Fakhrizadeh sekitar pukul 14.30 waktu setempat, salah satu pembunuh mulai menembakkan peluru ke mobil tersebut.

Baca Juga: Jelang berakhir masa jabatan, Presiden Donald Trump pancing masalah di Timur Tengah

Dikatakan salah satu pengawal Fakhrizadeh ditembak empat kali dan Fakhrizadeh diangkut dengan helikopter ke sebuah rumah sakit di kota Absard di daerah Damavand sekitar 70 km di timur Teheran. Dia meninggal di rumah sakit.

Seorang saksi mengatakan kepada TV pemerintah bahwa ada tembakan berulang kali dan pengawal Fakhrizadeh bentrok dengan para pembunuh.

Selanjutnya: Cuan industri manufaktur China cetak rekor, bukti ekonominya mulai pulih?

Editor: Tendi Mahadi