Passion sering menjadi modal utama seseorang meraih sukses. Modal inilah yang mengantarkan Tina Yani meraih keberhasilan sebagai produsen tas dengan label Palomino. Kini, dia memasok tas fashion ini ke sejumlah department store ternama. Saban bulan, sekitar 7.000 tas beralih ke tangan konsumennya. Lebih dari seperempat abad, Tina menggeluti usaha ini. Wanita kelahiran Medan, 50 tahun silam, ini telah merintis pembuatan tas sejak 1988. Meski menyandang gelar sebagai dokter gigi dari sebuah universitas di Jerman, Tina justru beralih dalam dunia usaha. “Saya berhenti karena pekerjaan dokter gigi itu lama dan melelahkan,” tutur Tina. Ia mengaku, dahulu, banyak orang yang menyayangkan keputusannnya itu. Tak butuh waktu lama bagi Tina untuk menentukan bidang usaha yang akan ia tekuni. Sejak hidup di Jerman, dia sudah tertarik pada barang-barang fashion. Apalagi, saat kecil, Tina sering membantu ibunya yang memiliki usaha konveksi. “Jadi, saya langsung berpikir, kalau tidak membuat tas, ya, bikin baju,” ujar dia. Akhirnya, Tina pun memilih membuat tas karena lebih mudah. Dengan modal Rp 10 juta, dia membeli beberapa meter bahan tas di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua, serta dua mesin jahit. Selanjutnya, Tina berburu tukang jahit khusus tas. “Karena tak punya kenalan, saya cari sendiri ke Bogor dan Bandung,” terang dia. Ibu dua anak ini memang langsung berburu penjahit dari daerah itu karena kualitasnya penjahit tas di sana terkenal bagus dan punya selera seni yang tinggi.Order pertama pembuatan tas datang dari Jerman. Sebuah asosiasi memesan puluhan tas untuk menyimpan barang-barang. Sembari mengerjakan tas pesanan, Tina juga belajar mendesain tas fashion sendiri. Tas-tas hasil kreasinya pun lantas dititipkan di sejumlah toko di Mangga Dua. Tak lama memulai bisnisnya, Tina harus menelan pil pahit. Workshop-nya terbakar dan menghanguskan 80% bahan baku dan perlengkapan lain, termasuk mesin jahit. Beruntung, kejadian ini tak membakar semangat anak ketiga dari enam bersaudara. Tina kembali menyusun bisnisnya. “Saya benar-benar mulai dari bawah lagi, beli mesin, bahan dan lainnya,” kenang Tina. Setelah berhasil membangun bisnis usai kebakaran, produksi tas Tina makin berkembang. Tak hanya toko-toko di pusat perkulakan Mangga Dua, ketika menginjak tahun kelima, dia mulai merambah department store skala kecil, seperti Cahaya. Setelah menjajaki penjualan di department store, Tina menyadari, ritel modern ini lebih sesuai dengan konsepnya. Selain itu, dia juga lebih nyaman berbisnis dengan depstore karena jumlah produksi dan waktu pembayaran yang jelas. “Agak susah menjual barang ke perorangan, karena ragam pesanan lebih banyak dan pembayarannya berbeda-beda,” jelas dia. Manajemen stokTak lama menikmati bisnis yang mulai matang, badai kembali datang. Krisis moneter ikut mengempas usaha Tina, lantaran Cahaya menutup beberapa toko. Dia pun sempat bingung mengalihkan pasokan, karena sebagian department storeberhenti beroperasi. Tapi, dari sini, tebersit keberanian Tina untuk memasok ke department storebesar, semacam Matahari dan Metro. Dalam pikirannya, karena sudah besar, dampak krisis tak akan terlalu berat bagi mereka. “Apalagi, jam terbang mereka sudah lama di Indonesia,” ujar lulusan Freie Universitat Berlin ini. Tina harus mengikuti prosedur yang lebih ketat untuk bisa menjadi pemasok department storebesar. Tas-tas Palomino melalui uji coba selama beberapa bulan. “Kalau laku banyak, bisa lanjut, kalau enggak, ya, putus kontrak,” kata dia. Untuk memikat pasar di department storeini, Palomino mengandalkan kualitas, baik dari bahan baku (raw material) dan jahitan. Maklum, department store sangat ketat soal kualitas produk. Meski begitu, Tina bilang, pelanggannya kebanyakan adalah konsumen yang mengenal Palomino sejak lama.Selain itu, untuk mendapatkan kepercayaan dari department store, Tina berusaha menjaga stok dalam jumlah banyak. “Dari situ, mereka senang bisa leluasa ambil barang kami,” ujarnya. Hubungan dengan department store pun terjalin baik dan order terus mengalir. Tak berhenti di dua department storeitu, menyusul pada tahun-tahun berikutnya, Sogo, Centro, dan Debenhams. Saat ini, dengan 50 orang penjahit, Palomino bisa memproduksi 10.000 tas setiap bulan. Jumlah itu akan berlipat jelang hari raya. Sampai kini, Tina memang mempertahankan stok banyak sebagai kunci suksesnya. “Karena, berbisnis dengan depstore itu sebaiknya barang tidak boleh kosong,” ujarnya. Selain ketersediaan stok, Palomino juga selalu menyegarkan desain tas. Saat menjelang hari raya, Palomino bisa mengeluarkan 15 desain baru. Maklum, menjelang hari raya, department store menuntut para pemasoknya agar selalu up to date soal desain. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tina, dokter gigi yang menjadi juragan tas
Passion sering menjadi modal utama seseorang meraih sukses. Modal inilah yang mengantarkan Tina Yani meraih keberhasilan sebagai produsen tas dengan label Palomino. Kini, dia memasok tas fashion ini ke sejumlah department store ternama. Saban bulan, sekitar 7.000 tas beralih ke tangan konsumennya. Lebih dari seperempat abad, Tina menggeluti usaha ini. Wanita kelahiran Medan, 50 tahun silam, ini telah merintis pembuatan tas sejak 1988. Meski menyandang gelar sebagai dokter gigi dari sebuah universitas di Jerman, Tina justru beralih dalam dunia usaha. “Saya berhenti karena pekerjaan dokter gigi itu lama dan melelahkan,” tutur Tina. Ia mengaku, dahulu, banyak orang yang menyayangkan keputusannnya itu. Tak butuh waktu lama bagi Tina untuk menentukan bidang usaha yang akan ia tekuni. Sejak hidup di Jerman, dia sudah tertarik pada barang-barang fashion. Apalagi, saat kecil, Tina sering membantu ibunya yang memiliki usaha konveksi. “Jadi, saya langsung berpikir, kalau tidak membuat tas, ya, bikin baju,” ujar dia. Akhirnya, Tina pun memilih membuat tas karena lebih mudah. Dengan modal Rp 10 juta, dia membeli beberapa meter bahan tas di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua, serta dua mesin jahit. Selanjutnya, Tina berburu tukang jahit khusus tas. “Karena tak punya kenalan, saya cari sendiri ke Bogor dan Bandung,” terang dia. Ibu dua anak ini memang langsung berburu penjahit dari daerah itu karena kualitasnya penjahit tas di sana terkenal bagus dan punya selera seni yang tinggi.Order pertama pembuatan tas datang dari Jerman. Sebuah asosiasi memesan puluhan tas untuk menyimpan barang-barang. Sembari mengerjakan tas pesanan, Tina juga belajar mendesain tas fashion sendiri. Tas-tas hasil kreasinya pun lantas dititipkan di sejumlah toko di Mangga Dua. Tak lama memulai bisnisnya, Tina harus menelan pil pahit. Workshop-nya terbakar dan menghanguskan 80% bahan baku dan perlengkapan lain, termasuk mesin jahit. Beruntung, kejadian ini tak membakar semangat anak ketiga dari enam bersaudara. Tina kembali menyusun bisnisnya. “Saya benar-benar mulai dari bawah lagi, beli mesin, bahan dan lainnya,” kenang Tina. Setelah berhasil membangun bisnis usai kebakaran, produksi tas Tina makin berkembang. Tak hanya toko-toko di pusat perkulakan Mangga Dua, ketika menginjak tahun kelima, dia mulai merambah department store skala kecil, seperti Cahaya. Setelah menjajaki penjualan di department store, Tina menyadari, ritel modern ini lebih sesuai dengan konsepnya. Selain itu, dia juga lebih nyaman berbisnis dengan depstore karena jumlah produksi dan waktu pembayaran yang jelas. “Agak susah menjual barang ke perorangan, karena ragam pesanan lebih banyak dan pembayarannya berbeda-beda,” jelas dia. Manajemen stokTak lama menikmati bisnis yang mulai matang, badai kembali datang. Krisis moneter ikut mengempas usaha Tina, lantaran Cahaya menutup beberapa toko. Dia pun sempat bingung mengalihkan pasokan, karena sebagian department storeberhenti beroperasi. Tapi, dari sini, tebersit keberanian Tina untuk memasok ke department storebesar, semacam Matahari dan Metro. Dalam pikirannya, karena sudah besar, dampak krisis tak akan terlalu berat bagi mereka. “Apalagi, jam terbang mereka sudah lama di Indonesia,” ujar lulusan Freie Universitat Berlin ini. Tina harus mengikuti prosedur yang lebih ketat untuk bisa menjadi pemasok department storebesar. Tas-tas Palomino melalui uji coba selama beberapa bulan. “Kalau laku banyak, bisa lanjut, kalau enggak, ya, putus kontrak,” kata dia. Untuk memikat pasar di department storeini, Palomino mengandalkan kualitas, baik dari bahan baku (raw material) dan jahitan. Maklum, department store sangat ketat soal kualitas produk. Meski begitu, Tina bilang, pelanggannya kebanyakan adalah konsumen yang mengenal Palomino sejak lama.Selain itu, untuk mendapatkan kepercayaan dari department store, Tina berusaha menjaga stok dalam jumlah banyak. “Dari situ, mereka senang bisa leluasa ambil barang kami,” ujarnya. Hubungan dengan department store pun terjalin baik dan order terus mengalir. Tak berhenti di dua department storeitu, menyusul pada tahun-tahun berikutnya, Sogo, Centro, dan Debenhams. Saat ini, dengan 50 orang penjahit, Palomino bisa memproduksi 10.000 tas setiap bulan. Jumlah itu akan berlipat jelang hari raya. Sampai kini, Tina memang mempertahankan stok banyak sebagai kunci suksesnya. “Karena, berbisnis dengan depstore itu sebaiknya barang tidak boleh kosong,” ujarnya. Selain ketersediaan stok, Palomino juga selalu menyegarkan desain tas. Saat menjelang hari raya, Palomino bisa mengeluarkan 15 desain baru. Maklum, menjelang hari raya, department store menuntut para pemasoknya agar selalu up to date soal desain. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News