JAMBI. Tingginya biaya produksi pengolahan kelapa sawit di beberapa perusahaan menyebabkan indeks K turun. Indeks K adalah indeks yang mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Dengan penurunan indeks K, maka secara otomatis saat penetapan harga TBS akan terus turun. Kapala Bidang Pemasaran dan Produksi Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Putri Rainun mengatakan, perusahaan perlu menjelaskan secara detail mengapa biaya olahnya lebih tinggi. Menurutnya harga indeks K agak turun bulan ini karena faktor biaya masing-masing perusahaan berbeda. Yang meliputi indeks K diantaranya biaya produksi (olah), biaya pemasaran, serta biaya pengangkutan CPO ke pelabuhan masing-masing perusahaan. "Pengaruh terhadap harga sawit kalau biaya olah (perusahaan) tinggi maka indeks K akan lebih kecil dari (perusahaan) yang biaya olah lebih rendah," katanya usai pertemuan penetapan harga sawit, Kamis (12/6). Putri mengatakan Dinas Perkebunan akan menindaklanjuti perusahaan terkait perbedaan biaya produksi. Menurutnya biaya olah yang efektif itu di bawah Rp 100 per kilogram (kg). Karena lanjutnya, bila satu perusahaan biaya olahnya sampai Rp 170/kg otomatis indeks K turun yang diikuti pula oleh penurunan harga sawit. "Saat ini rata-rata biaya produksi (pengolahan) ada yang Rp 120/kg ke atas ada sampai Rp 170/kg ini nanti kita minta penjelasan rinci. Biaya pemasaran Rp 25/kg, kalau Rp 63/kg ini sudah tinggi," jelasnya. Sedangkan mengenai biaya angkutan minyak sawit mentah (CPO), menurutnya tergantung dimana perusahaan menjual, bila perusahaan menjual melalui Talang Duku biaya angkutannya tentu lebih kecil, tapi harga CPO nya bisa lebih rendah dari perushaan yang menjual melalui Dumai, tapi biaya angkutannya lebih tinggi. "Sehingga balance saja. Cuma tergantung bagaimana mereka menawarkan (lelang CPO), karena CPO itu lelang seperti PT Sal lelang, juga PTPN itu lelang," katanya. Sekretaris Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (Gapki), Nasrul mengatakan perlu diadakan bimbingan lagi bagaimana cara menyusun, sehingga bisa dieksekusi. Ia menuturkan memang ada biaya-biaya di perusahaan yang lebih tinggi. "Dari (perhitungan) mungkin ada perbedaan pemahaman tentang biaya," katanya. Ditambahkan Putri Rainun mengenai permintaan CPO dari negara importir saat ini masih stabil. Sedangkan harga CPO Rp 7,997.47 per kg dan inti sawit Rp 5,663 menurun dari sebelumnya. Begitupun dengan harga TBS per kilogramnya Rp 1,836. Pada rapat Tim Pokja juga ditetapkan indeks K hasil analisa 89.64 persen. (hdp)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tingginya biaya olah CPO membuat harga TBS turun
JAMBI. Tingginya biaya produksi pengolahan kelapa sawit di beberapa perusahaan menyebabkan indeks K turun. Indeks K adalah indeks yang mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Dengan penurunan indeks K, maka secara otomatis saat penetapan harga TBS akan terus turun. Kapala Bidang Pemasaran dan Produksi Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Putri Rainun mengatakan, perusahaan perlu menjelaskan secara detail mengapa biaya olahnya lebih tinggi. Menurutnya harga indeks K agak turun bulan ini karena faktor biaya masing-masing perusahaan berbeda. Yang meliputi indeks K diantaranya biaya produksi (olah), biaya pemasaran, serta biaya pengangkutan CPO ke pelabuhan masing-masing perusahaan. "Pengaruh terhadap harga sawit kalau biaya olah (perusahaan) tinggi maka indeks K akan lebih kecil dari (perusahaan) yang biaya olah lebih rendah," katanya usai pertemuan penetapan harga sawit, Kamis (12/6). Putri mengatakan Dinas Perkebunan akan menindaklanjuti perusahaan terkait perbedaan biaya produksi. Menurutnya biaya olah yang efektif itu di bawah Rp 100 per kilogram (kg). Karena lanjutnya, bila satu perusahaan biaya olahnya sampai Rp 170/kg otomatis indeks K turun yang diikuti pula oleh penurunan harga sawit. "Saat ini rata-rata biaya produksi (pengolahan) ada yang Rp 120/kg ke atas ada sampai Rp 170/kg ini nanti kita minta penjelasan rinci. Biaya pemasaran Rp 25/kg, kalau Rp 63/kg ini sudah tinggi," jelasnya. Sedangkan mengenai biaya angkutan minyak sawit mentah (CPO), menurutnya tergantung dimana perusahaan menjual, bila perusahaan menjual melalui Talang Duku biaya angkutannya tentu lebih kecil, tapi harga CPO nya bisa lebih rendah dari perushaan yang menjual melalui Dumai, tapi biaya angkutannya lebih tinggi. "Sehingga balance saja. Cuma tergantung bagaimana mereka menawarkan (lelang CPO), karena CPO itu lelang seperti PT Sal lelang, juga PTPN itu lelang," katanya. Sekretaris Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (Gapki), Nasrul mengatakan perlu diadakan bimbingan lagi bagaimana cara menyusun, sehingga bisa dieksekusi. Ia menuturkan memang ada biaya-biaya di perusahaan yang lebih tinggi. "Dari (perhitungan) mungkin ada perbedaan pemahaman tentang biaya," katanya. Ditambahkan Putri Rainun mengenai permintaan CPO dari negara importir saat ini masih stabil. Sedangkan harga CPO Rp 7,997.47 per kg dan inti sawit Rp 5,663 menurun dari sebelumnya. Begitupun dengan harga TBS per kilogramnya Rp 1,836. Pada rapat Tim Pokja juga ditetapkan indeks K hasil analisa 89.64 persen. (hdp)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News