Tingginya Harga Batubara Bisa Permudah Pendanaan Eksternal, Begini Respons Pemainnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya harga batubara membuat peluang emiten batubara dalam meraup pendanaan semakin besar. Setidaknya, hal inilah yang dialami oleh PT Indika Energy Tbk (INDY).

Belum lama ini, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, merevisi outlook emiten batubara berkode saham INDY tersebut.

Dengan adanya revisi ini, outlook INDY yang semula negatif diubah menjadi stabil. Di samping itu, Fitch Ratings Indonesia telah menerbitkan peringkat nasional jangka panjang Indika di A+(idn) dengan outlook stabil. Belum ketahuan, seperti apa langkah dan rencana INDY ke depan dengan adanya outlook dan peringkat nasional yang disematkan ini.


Proyeksi Fitch, tingginya harga batubara saat ini akan terus meningkatkan penyangga  keuangan INDY di tahun 2022. Tingginya harga batubara jua dinilai akan mengurangi risiko terhadap profil keuangan INDY pada tahun 2023-2024 saat investasi diversifikasi INDY dalam meningkatkan pendapatan non batubara diperkirakan meningkat.

Baca Juga: Jaga Kinerja, Begini Strategi Adaro Energy (ADRO) Amankan Kebutuhan Alat Berat

"Kami memperkirakan saldo kas India akan meningkat di atas US$ 1 miliar pada tahun 2022, yang akan mendukung investasi yang didorong oleh diversifikasi selama tiga tahun ke depan," tulis Fitch Ratings dalam laman resminya, Senin (23/5).

Terlepas dari fluktuasi pergerakannya, harga batubara memang masih berada di angka yang tinggi. Pada Minggu sore (29/5) misalnya, harga batubara ICE Newcastle untuk kontak Juni terpantau masih di atas US$ 300 per ton. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia memperkirakan, kenaikan harga komoditas masih akan berlanjut. Dirinya optimis, hal ini bisa mempermudah perusahaan tambang, termasuk batubara, dalam menghimpun pendanaan eksternal.

“Yah dengan kenaikan harga komoditas yang diperkirakan masih akan berlanjut tentu menjadi daya tarik dari pihak funders untuk membiayai aktivitas pertambangan termasuk batubara,” tutur Hendra kepada Kontan.co.id (29/5).

Meski begitu, harga batubara yang tinggi nampaknya belum mendorong sejumlah emiten batubara memanfaatkan momen untuk menghimpun pendanaan eksternal. 

Baca Juga: Keterbatasan Pasokan Alat Berat Hambat Industri Pertambangan Tingkatkan Produksi

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya, mengaku belum memiliki rencana untuk mencari pendanaan eksternal. "Kami sedang berfokus mempercepat pelunasan utang," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id (29/5).

Sebagai gambaran, mengutip laporan keuangan perusahaan, total liabilitas BUMI tercatat sebesar US$ 3,57 miliar per 31 Desember 2021, sementara ekuitas neto BUMI tercatat sebesar US$ 646,44 juta per 31 Desember 2021.

Total  liabilitas tersebut terdiri atas liabilitas jangka pendek US$ 2,87  miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 700,14 juta. 

Editor: Tendi Mahadi