Tingkat bunga sudah sesuai, The Fed tidak akan buru-buru menaikkan bunga lagi



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ketua The Federal Reserve Jerome Powell kembali menegaskan, bank sentral Amerika Serikat (AS) saat ini tidak merasa harus terburu-buru untuk mengubah tingkat suku bunga lagi. The Fed masih akan mengamati bagaimana ekonomi global yang melambat mempengaruhi kondisi lokal di AS.

Dalam wancara selama 60 menit dengan CBS yang dikutip Reuters, Powell mengatakan, tingkat suku bunga The Fed saat ini yang berkisar 2,25%-2,5% sudah sesuai. Ia juga menyebut tingkat bunga sebesar itu sudah hampir netral, yang berarti tidak merangsang atau mengekang perekonomian.

Kata Powell, perlambatan ekonomi di Tiongkok dan Eropa dan isu-isu global lainnya saat ini menimbulkan risiko terbesar terhadap prospek ekonomi AS yang sehat.


Dalam wawancara tersebut, Powell ditanya sejumlah masalah, termasuk kesehatan sistem keuangan, dampak dari krisis pada angkatan kerja, dan kritik agresif Presiden AS Donald Trump terhadap kenaikan suku bunga The Fed.

Soal kritik pedas Trump terhadap The Fed, Powell mengatakan, tidak tepat baginya untuk berkomentar langsung pada pernyataan Trump. Tapi, dia menyebutkan,  secara hukum, Presiden Trump tidak memiliki kekuatan untuk memecatnya karena sengketa kebijakan.

Meskipun The Fed baru-baru ini bergeser ke pendekatan yang lebih sabar dengan menahan suku bunga, Powell menegaskan, ini tidak ada hubungannya dengan kritikan Trump.

Dia mengatakan, The Fed akan tidak pernah mempertimbangkan "pertimbangan politik" dalam memutuskan suku bunga.

Powell menambahkan, 10 tahun setelah krisis keuangan 2007-2008 silam, kesehatan sistem ekonomi dan perbankan AS telah pulih dalam banyak hal.   Tingkat pengangguran AS saat ini di rekor terendah dan bank-bank memiliki permodalan lebih baik.

“Krisis keuangan telah banyak merusak kehidupan banyak orang. Dan, tentu saja, tidak semuanya akan menjadi utuh. Tetapi sistem kami jauh lebih tangguh dan kuat daripada sebelum krisis keuangan," kata Powell. 

Meski begitu, ia mengatakan, risiko dari serangan dunia maya tetap menjadi perhatian utama.

Editor: Herlina Kartika Dewi