Tingkat hunian hotel di Jakarta mulai menurun!



JAKARTA. Sektor perhotelan di Indonesia, khususnya Jakarta, mulai menunjukkan tren menurun. Menurut laporan STR Global, kinerja tingkat hunian selama Januari-Juli 2013, merosot 11,5 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu, menjadi 65,2 persen. Ini merupakan kemerosotan terbesar yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Menyusul Jakarta, adalah Kuala Lumpur. Tingkat hunian perhotelan di Ibu kota negara Malaysia ini tergelincir 11,2 persen menjadi 70,4 persen. Pencapaian negatif kedua kota utama di Asia Tenggara ini membuat kinerja perhotelan di seluruh kawasan Asia Pasifik menjadi beragam. Secara keseluruhan, Asia Pasifik mengalami pertumbuhan tingkat hunian dengan angka moderat sebesar 0,3 persen menjadi 69,9 persen. Meski secara umum tumbuh, namun tarif harian rerata (average daily rate/ADR) anjlok 5,2 persen menjadi 116,36 dollar AS (Rp 1,25 juta) dan pendapatan per kamar yang tersedia (revenue per available room/RevPAR) jatuh 5,0 persen menjadi Rp 872.740. "Sejak awal tahun hingga Juli, terus memperlihatkan tren negatif. Khususnya di Asia Tenggara. Padahal, bulan-bulan sebelumnya kawasan ini justru membukukan pertumbuhan paling spektakuler.

Pertumbuhan negatif diperlihatkan Indonesia, Malaysia dan Filipina. Salah satu faktor yang berkontribusi adalah asap akibat kebakaran hutan yang terjadi Juni-Juli yang menyebabkan banyak wisatawan membatalkan agenda liburan," jelas Managing Director STR Global, Elizabeth Winkle dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat malam (23/8). Berbeda dengan Jakarta dan Kuala Lumpur, Ho Chi Minh City (Vietnam) justru mencatat pertumbuhan tingkat hunian 14,6 persen menjadi 64,0 persen. Sedangkan Osaka (Jepang), Taipei (Taiwan) dan Sydney (Australia) membukukan kenaikan ADR lebih dari 10 persen. Masing-masing 11,6 persen menjadi 11,74 yen (Rp 1,2 juta) untuk Osaka, 10,4 persen menjadi 5,605 (Rp 2,06 juta) untuk Taipei dan Sydney mencapai 10,2 persen menjadi Rp 1,8 juta. (Hilda B Alexander/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan