Tingkat Pengangguran AS Bulan Juli Naik Jadi 4,3%



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat (AS) melambat lebih dari yang diperkirakan pada Juli. Sementara tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3%, yang dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja memburuk dan berpotensi membuat ekonomi rentan terhadap resesi.

Peningkatan angka pengangguran dari 4,1% pada bulan Juni menandai peningkatan bulanan keempat berturut-turut. Hal itu dapat meningkatkan kekhawatiran atas daya tahan ekspansi ekonomi.

Penggajian nonpertanian alias nonfarm payroll (NPF) meningkat sebesar 114.000 pekerjaan bulan lalu setelah naik sebesar 179.000 pada Juni, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS dalam laporan ketenagakerjaan pada Jumat (2/8).


Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan NPF meningkat sebesar 175.000 pekerjaan setelah kenaikan 206.000 pada Juni yang dilaporkan sebelumnya. Perkiraan berkisar antara 70.000 hingga 225.000.

Baca Juga: Kamala Harris Catatkan Rekor dalam Penggalangan Dana Kampanye Presiden AS

Badai Beryl, yang memutus aliran listrik di Texas dan menghantam sebagian Louisiana selama minggu survei penggajian, kemungkinan berkontribusi pada kenaikan penggajian di bawah ekspektasi.

Pasar tenaga kerja AS melambat, didorong oleh rendahnya perekrutan, bukan PHK, karena kenaikan suku bunga Federal Reserve pada tahun 2022 dan 2023 melemahkan permintaan. Data pemerintah minggu ini menunjukkan perekrutan turun ke level terendah dalam empat tahun pada bulan Juni.

Penghasilan per jam rata-rata naik 0,2% bulan lalu setelah naik 0,3% pada bulan Juni. Dalam 12 bulan hingga Juli, upah naik 3,6%. Ini adalah kenaikan tahunan terkecil sejak Mei 2021 dan mengikuti kenaikan 3,8% pada bulan Juni.

Meskipun pertumbuhan upah tetap di atas kisaran 3%-3,5% yang dianggap konsisten dengan target inflasi Fed sebesar 2%, hal itu memperpanjang data yang mendukung inflasi. Laporan ketenagakerjaan tersebut memperkuat alasan untuk pemotongan suku bunga pada bulan September dari bank sentral AS.

Editor: Wahyu T.Rahmawati