Tingkat Pengangguran Terbuka Ditargetkan Turun ke Level 5% di Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengharapkan tingkat pengangguran terbuka akan terus menurun pada tahun depan. Meski begitu, perkembangan teknologi digital dinilai akan mengancam para pekerja karena bisa menghemat tenaga kerja.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, efektivitas kebijakan fiskal dalam mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dinilai bisa  membantu menurunkan tingkat pengangguran terbuka tahun 2024 pada kisaran 5,0% hingga 5,7%.

“Tingkat pengangguran terbuka tahun 2024 ditargetkan pada kisaran 5,0% hingga 5,7%,” tutur Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-23, Jumat (19/5).


Jika melirik ke belakang, angka pengangguran menurun dari sebelumnya 5,94% pada tahun 2014, menjadi 5,18% pada 2019. Sejalan dengan terus menguatnya pemulihan ekonomi, tingkat pengangguran yang sempat meningkat ke level 7,1% pada Agustus tahun 2020 juga telah berhasil diturunkan kembali menjadi 5,5% pada Februari tahun ini.

Sri Mulyani mengatakan, di satu sisi, perubahan teknologi informasi yang cepat membawa manfaat bagi kehidupan manusia berupa meningkatnya efisiensi dan perluasan skala produksi.

Akan tetapi, perubahan teknologi informasi juga menghadirkan tantangan berupa penghematan tenaga kerja manusia (labor saving) secara masif, persoalan privasi, dan keamanan siber (cyber security).

Baca Juga: Simak Gambaran Postur APBN 2024, Defisit Dipatok Batas Atas 2,64% dari PDB

Cepatnya perkembangan digitalisasi dapat menjadi ancaman nyata bagi pasar tenaga kerja nasional yang masih didominasi tenaga kerja tidak terampil (unskilled-workers) dengan pendidikan rendah.

“Jika tidak diantisipasi, tingkat pengangguran akan meningkat signifikan, terutama pada kelompok tenaga kerja dengan keterampilan dan pendidikan rendah,” ungkapnya.

Menurutnya, ketidaksiapan pasar tenaga kerja dalam menghadapi cepatnya perkembangan digitalisasi juga akan menjadi kendala untuk menarik aliran investasi masuk ke Indonesia.

Peranan teknologi digital yang krusial dalam berbagai aspek kehidupan juga telah menjadi salah satu pemicu eskalasi persaingan hegemoni Amerika Serikat dan Tiongkok berupa kompetisi penguasaan industri semikonduktor (chip war) yang saat ini didominasi oleh Taiwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari