Tingkat Produksi Jepang Bulan Oktober Merosot 3,1%



TOKYO. Pengusaha Jepang sepertinya tengah didera masalah pelik akibat krisis global yang berkepanjangan. Alhasil, manufaktur di Negeri Matahari Terbit itu memangkas produksinya di bulan Oktober. Parahnya, mereka juga berencana untuk melakukan hal yang sama pada bulan-bulan berikutnya.

Menurut data yang dirilis Departemen Perdagangan Jepang hari ini, kapasitas produksi pabrik pada bulan Oktober anjlok 3,1% dibanding bulan September yang sempat naik 1,1%. Para ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi adanya penurunan produksi sebesar 2,5%.

Penurunan tingkat ekspor pada bulan lalu merupakan yang tercepat dalam tujuh tahun belakangan. Nah, para pengusaha merespons anjloknya perekonomian dengan memangkas produksi, jumlah pekerja hingga investasi. Pada bulan lalu, Sharp Corp bilang, pihaknya bakal memangkas produksi televisi dan memecat beberapa karyawan yang berada di unit produksi. Sementara, Toyota Motor Corp juga berencana merumahkan separuh dari karyawan sementaranya. Lain halnya dengan Canon Inc yang memutuskan untuk menunda pembangunan pabrik baru.


“Kondisi pengurangan produksi oleh sejumlah perusahaan masih belum akan berakhir. Perlambatan ekonomi global juga mempengaruhi emerging market yang merupakan tempat para eksportir Jepang bergantung setelah krisis menggerus permintaan dari Amerika dan Eropa,” jelas Junko Nishioka, ekonom RBS Securities Japan Ltd di Tokyo.

Data tersebut juga merilis, pihak perusahaan juga berencana mengurangi produksi sebesar 6,4% pada bulan ini dan 2,9% pada bulan Desember. Alhasil, pemerintah menurunkan level evaluasi untuk produksi dan menyatakan saat ini tingkat produksi berada pada posisi tren menurun.

Dalam laporan terpisah, tingkat pengangguran secara tidak terduga anjlok 3,7% pada bulan Oktober dari 4% pada bulan sebelumnya. Namun, hal ini dikarenakan warga Jepang akhirnya menghentikan upaya pencarian kerja. Sementara itu, pengeluaran rumah tangga juga menurun 3,8%. Sedangkan indeks harga konsumen, tidak termasuk makanan segar, naik 1,9% dibanding tahun sebelumnya.  

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie