Tingkatkan Dana Kelolaan, INA akan Fokus Investasi di Berbagai Sektor Industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Investment Authority (INA) alias Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia bertekad terus meningkatkan dana kelolaannya atau Asset Under Management (AUM) lewat investasi di berbagai sektor industri.

Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan, dari modal yang dipercayakan kepada INA sebanyak Rp 75 triliun, per akhir tahun 2022 total AUM INA tercatat sudah mencapai Rp 120 triliun atau setara US$ 8 miliar.

Nilai AUM tersebut tergolong kecil bila dibandingkan dengan banyak negara lain yang juga memiliki SWF seperti INA. Dari data yang diperoleh dari IFSWF, saat ini INA berada di peringkat 57 dari 100 SWF di dunia berdasarkan total AUM.


Baca Juga: Usai Akuisisi Dua Ruas JTTS, INA Buka Peluang Kembali Investasi Jalan Tol

“INA juga tergolong paling muda karena masih 2 tahun bila dibandingkan dengan SWF lain yang kebanyakan sudah berdiri lebih dari 30 tahun, bahkan sudah banyak yang berdiri lebih dari 50 tahun,” ungkap Ridha, Kamis (20/7) malam.

Dia menambahkan, Global SWF pada 2022 mencatat bahwa INA merupakan SWF keempat tertinggi dalam hal peningkatan skor governance, sustainability, dan resilience (GSR) yakni sebesar 28%. Ini menjadi bukti bahwa walau INA masih baru dan berukuran AUM relatif kecil, SWF ini serius berkomitmen pada tata kelola, keberlanjutan, dan ketahanan yang baik.

INA tentu berharap dapat terus mengembangkan dana kelolaannya sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Untuk itu, INA berkomitmen untuk terus aktif berinvestasi di berbagai sektor industri.

Saat ini, INA telah menetapkan empat sektor prioritas sebagai fokus investasi. Pertama adalah sektor infrastruktur dan logistik yang di dalamnya mencakup jalan tol, kemudian ada pelabuhan laut, bandara, dan infrastruktur logistik lainnya seperti pergudangan modern, dan pengelolaan limbah (waste management).

Kedua, INA juga fokus pada sektor digital yang terbagi menjadi tiga subsektor utama yaitu infrastruktur digital seperti menara telekomunikasi, fiber optik, data center, dan broadband network, digital commerce seperti aplikasi digital, dan digital service seperti business to business (B2B) enterprise software.

Ketiga, INA juga fokus investasi di sektor kesehatan yang meliputi produksi dan distribusi obat-obatan serta layanan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik kesehatan.

Baca Juga: Hutama Karya dan INA Rampungkan Kerja Sama Investasi 2 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera

Keempat, INA turut menjadikan sektor energi sebagai fokus investasinya. Investasi di sektor energi ini berkaitan dengan transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, transisi pembangkit sumber daya listrik, dan lain-lain.

“Sesuai mandat INA, kami tetap berinvestasi di keempat bidang industri tersebut dengan mempertimbangkan risk-return profile dan dampak terhadap pembangunan Indonesia yang berkesinambungan bersama dengan mitra-mitra investor,” terang Ridha.

Prinsip dasar investasi INA tersebut tentu juga akan diterapkan ketika mempertimbangkan rencana investasi pada proyek-proyek yang juga merupakan proyek strategis nasional (PSN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi