KONTAN.CO.ID -JAKARTA-Para pelaku usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) didorong untuk melakukan transformasi bisnis dari menggunakan sistem luar jaringan (luring) alias offline ke sistem penjualan daring (online). Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan peluang UMKM di masa pandemi Covid-19. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menegaskan, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak cukup dalam pada UMKM. Bahkan, sekitar 63% bisnis UMKM mengalami penurunan omzet akibat merosotnya daya beli masyarakat. Untuk itu, diharapkan, 64 juta pelaku UMKM yang ada saat ini dapat bertransformasi dari penjualan offline ke online. “Untuk memastikan roda ekonomi tetap bergerak, pelaku UMKM diharapkan melakukan inovasi melalui ekosistem digital. Hal ini dapat memberikan kemudahan pelaku usaha terutama UMKM dan koperasi. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan kesempatan naik kelas dan mendapatkan akses permodalan,” jelas Airlangga, dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (30/12).
Selain go digital, menurut Airlangga, kunci peningkatan daya saing UMKM adalah melalui kolaborasi seluruh pemangku kepentingan. Apalagi, UMKM merupakan faktor penggerak ekonomi nasional. Ini terutama di masa krisis kesehatan seperti saat ini. Karena itu, di sepanjang tahun 2020, pemerintah telah memberikan alokasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui sejumlah program dan mendorong stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) super mikro, tambahan subsidi bunga KUR dan realisasi penyaluran KUR sebesar Rp 180,1 triliun. “Kami berharap UMKM dapat bertahan dan keluar serta berekspansi ke depannya,” imbuh Airlangga. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki memastikan, target 10 juta UMKM go digital tahun 2020 sudah terjangkau. Adapun, jumlah UMKM yang telah terhubung ke platform digital telah mencapai 16% atau mencapai 10,25 juta. "Pada tahun 2021 targetnya 2 kali lipat. Kami akan prioritaskan pelatihan untuk go digital," timpal Teten. Teten menambahkan, pelaku UMKM mendominasi perekonomian di Indonesia dengan mengisi 99% populasi usaha, penyerapan tenaga kerja 97% dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60%. Dengan kontribusi yang sangat signifikan, pemerintah melihat PEN di masa pandemi hanya dapat dilakukan jika UMKM bisa diselamatkan. Alasannya, dari waktu ke waktu, UMKM di tengah krisis selalu tampil menjadi dinamisator bagi ekonomi yang tengah lesu. Nah, ketika masyarakat didorong untuk membeli produk-produk UMKM, maka dengan daya beli yang terbatas di masa seperti sekarang, UMKM masih bisa menggerakkan perputaran ekonomi nasional.
Menggenjot daya saing UMKM
Pentingnya digitalisasi dan kolaborasi, juga diungkapkan Elvira Lianita, Direktur PT HM Sampoerna Tbk. Perusahaan manufaktur yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur ini, merupakan salah satu entitas bisnis yang melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap UMKM. Menurut Elvira, pengembangan UMKM merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta dan akademisi. Karena itu, kata Elvira, digitalisasi dan kolaborasi merupakan dua faktor penting untuk menggerakkan ekonomi saat ini baik di daerah maupun nasional. Atas dasar tersebut, Sampoerna melalui payung program Sampoerna untuk Indonesia (SUI), mengadakan Festival #SampoernaUntukUMKM dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM melalui peningkatan keterampilan dan literasi digital. "Ini bukan tugas pemerintah semata. Untuk itu kami berkomitmen mendukungnya dengan melakukan pelatihan dan pendampingan mulai dari produksi hingga pemasaran seperti perluasan akses pasar. Salah satunya melalui digital dan pembenahan toko. Semuanya kami lakukan demi mengembangkan keterampilan dan daya saing UMKM," ujar Elvira. Elvira mengungkapkan, pandemi tidak serta merta menghentikan upaya Sampoerna meningkatkan keterampilan usaha para pelaku UMKM. Pihaknya pun menyesuaikan cara pendampingannya kepada UMKM yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Sejak 2007, Sampoerna telah memberikan pelatihan kewirausahaan kepada sekitar 52.000 pelaku UMKM dan terus memberikan pendampingan secara berkelanjutan hingga saat ini. Di masa pandemi COVID-19, Sampoerna terus memberikan dukungan keterampilan usaha, termasuk literasi digital. Salah satunya dengan meluncurkan aplikasi OPTIMA UKM, aplikasi untuk pelaku UMKM mendapatkan modul pelatihan serta informasi seputar wirausaha secara cuma-cuma. Selain itu, UMKM binaan khususnya toko kelontong yang tergabung dalam Sampoerna Retail Community (SRC) didorong menggunakan aplikasi digital ‘AYO SRC’. Tujuan dari program tersebut ialah agar pemesanan barang dapat dilakukan secara daring hingga lebih efektif. Aplikasi ini juga memudahkan pemilik toko melakukan manajemen stok barang. “Ke depan, Sampoerna akan terus berupaya untuk menjangkau UMKM untuk ikut program sejenis,” tandas Elvira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan