KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk meningkatkan nilai perdagangan, pemerintah terus memperluas dan menjajaki peluang-peluang ekspor ke sejumlah negara. Salah satunya yakni ke Chili. Sebelumnya, Indonesia dan Chili telah melakukan kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Chili (
Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement/IC-CEPA). "Indonesia ingin memperkuat kolaborasi dengan Chili agar kedua negara dapat memanfaatkan IC-CEPA dengan maksimal,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/5).
Adapun neraca perdagangan Indonesia-Chile pada kuartal I-2019 mengalami perbaikan setelah sebelumnya tren perdagangan kedua negara mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Total nilai perdagangan kedua negara pada Januari-Februari 2019 mencapai US$36,6 juta. Nilai ini meningkat 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Indonesia optimis nilai ini akan terus meningkat dengan implementasi IC-CEPA karena IC-CEPA membuka peluang kedua negara untuk meningkatkan perdagangan barang dan jasa, investasi, serta kerja sama ekonomi," tutur Enggar. Menurut Enggar, Chili merupakan negara pertama di kawasan Amerika Latin yang melakukan perjanjian kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Chili sendiri merupakan negara dengan ekonomi tertinggi di kawasan Amerika Latin. Produk Domestik Bruto (PDB) Chile mencapai US$ 24.600 pada 2017. Chili juga berada dalam kondisi ekonomi dan politik yang baik dan stabil. Selain itu, Chili memiliki garis pantai menghadap Samudra Pasifik sehingga menjadikannya strategis sebagai hub bagi akses Indonesia dengan negara-negara di Amerika Latin lainnya. Selain membuka peluang ekspor ke Chili, Enggar sebelumnya juga mengunjungi sejumlah negara, yakni Swiss dan Argentina. Di Buenos Aires, Argentina, Mendag mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina, Jorge Marcelo Faurie, serta sejumlah pertemuan dengan Asosiasi dan pelaku usaha di Argentina. “Total neraca perdagangan Indonesia- Argentina saat ini US$ 2 miliar, namun masih defisit bagi Indonesia. Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia terhadap Argentina,” kata Enggar. Langkah pemerintah memperluas akses pasar di Amerika Latin pun mendapat apresiasi dari ekonom Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda. Menurutnya, langkah ini bisa menjawab kebosanan dari terlalu klasiknya pasar ekspor Indonesia selama ini.
Kerja sama dengan negara-negara Amerika Latin juga dapat memperkuat
national branding Indonesia sehingga mampu lebih memiliki dukungan di tingkat global. “Selama ini kan pasar Indonesia itu terlalu klasik, kayak Amerika, China. Perluasan pasar itu perlu,” ujarnya. Hanya saja harapan untuk bisa memutar balik kondisi defisit perdagangan, perluasan pasar ke Amerika Latin tidaklah cukup. Dikarenakan pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut tidaklah terlalu besar. Ditambah lagi jarak yang jauh membuat pasar semacam Argentina, Chili, dan Meksiko menjadi kurang menarik para pengusaha. Untuk itu, perlu upaya memperluas pasar lebih jauh lagi. Pasar yang cukup potensial untuk bisa berkontribusi besar dalam perdagangan luar negeri Indonesia adalah kawasan Timur Tengah dan Afrika Barat. “Untuk alasan ekonomi, Timur Tengah bagus. Lalu Afrika Barat juga. Afrika ini tidak terlalu repot soal kualitas produk,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .