KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tetap memarkir dana di surat berharga seiring menyalurkan kredit di tengah pandemi. BRI mencatatkan kepemilikan surat berharga sebanyak Rp 345,54 triliun per Juni 2022. Merujuk laporan keuangan BRI, nilai itu naik 9,53% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 315,48 triliun. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan surat berharga negara (SBN) dan surat berharga lainnya merupakan salah satu alternatif instrumen investasi dalam optimalisasi ekses likuiditas perbankan dengan tujuan optimalisasi tingkat imbal hasil aset BRI.
Sejak awal tahun hingga akhir Juni 2022, BRI telah melakukan pembelian SBN total Rp 38 triliun untuk posisi bank. “Korporasi masih melakukan penempatan pada SBN di tahun 2022 dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas bank dan volatilitas pasar sebagai pertimbangan utama, khususnya di tengah isu kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi global. Pembelian SBN salah satunya dilakukan juga sebagai strategi re-profiling aset SBN yang jatuh tempo setelah teralokasi untuk pertumbuhan penyaluran kredit,” katanya kepada Kontan.co.id pada pekan lalu.
Baca Juga: Perkuat Bisnis Treasury, Ini Strategi yang Dilakukan Perbankan BRI Group berhasil menyalurkan kredit Rp 1.104,79 triliun atau naik 8,75% yoy pada kuartal II 2022. BRI Group mampu meraih pertumbuhan kredit dan pembiayaan di kisaran 9%-11% sampai akhir tahun. Ini sejalan dengan upaya perbankan terus memacu fungsi intermediasi dengan menyalurkan pertumbuhan kredit 10,66%
year on year (yoy) per Juni 2022. Pertumbuhan itu lebih cepat dibandingkan penempatan dana bank di SBN. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, penempatan dana bank di SBN mencapai Rp 1.649,83 triliun per 18 Agustus 2022. Nilai itu tumbuh hanya tumbuh 8% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu Rp 1.527,64 triliun.
Perbankan masih akan mengoptimalkan likuiditas yang ada dengan memarkir dana di SBN dan surat berharga lainnya. Namun, tetap mewaspadai risiko kenaikan suku bunga dan inflasi yang mendaki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari