Tingkatkan inklusi keuangan digital Indonesia, begini strategi Aiqqon Triartamas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia layanan transaksi digital semakin masif mengikuti peluang yang potensial di Indonesia. PT Aiqqon Triartamas menciptakan aplikasi Aiqqon sebagai pengganti Electronic Device Capture( EDC) untuk memvalidasi seluruh transaksi dari berbagai uang elektronik dan kartu kredit.

Founder Aiqqon Thomas Nugroho menyatakan, potensi bisnis digital khususnya penetrasi transaksi non-tunai masih sangat besar. Buktinya saja riset yang dilakukan Aiqqon pada 2019 penetrasi nontunai di Indonesia baru 10% dari seluruh penduduk yang kurang lebih 260 juta orang.

Padahal menurut Standard Chartered Plc, pada 2030 Indonesia akan masuk daftar negara empat di dunia yang mencetak produk domestik bruto (PDB) terbesar. Thomas menyatakan, riset tersebut dapat diwujudkan kalau Indonesia mampu meningkatkan transaksi nontunai.


Namun kenyataannya, jumlah pengguna EDC belum banyak, hanya sekitar 1,1 juta unit saja sementara pedagang yang bisa memiliki mesin ini hanya 625.000 pedagang. Kendalanya, penjual harus menambah investasi dan perlu memenuhi syarat khusus yang diberikan bank yang wajib dimiliki pengusaha.

Proses hari kerja EDC selama 14 hari dan masih harus memenuhi syarat lainnya. Namun dengan dibuatnya Aiqqon, penjual hanya perlu mengunduh dan memasukkan data pribadi sudah langsung bisa menerima pembayaran dari uang elektronik dan kartu kredit.

Tak tanggung-tanggung Thomas memaparkan, Aiqqon menargetkan bisa menjembatani 63 juta Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Tentunya ada strategi yang dipersiapkan. Pertama, bersinergi dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Nasional untuk menggaet para pelaku kreatif di Indonesia. “Aiqqon telah berkomitmen dengan Bekraf untuk meningkatkan pertumbuhan industri kreatif dengan memudahkan transaksinya,” kata Thomas, Senin (15/7).

Thomas menyatakan pertumbuhan UMKM dan industri kreatif di Indonesia sangat signifikan. Kedua sektor ini penyumbang porsi terbesar PDB. Efisiensi dalam sektor-sektor ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Kedua, Aiqqon juga bekerja sama dengan beberapa penyedia layanan uang elektronik untuk mempermudah penjual dan pembeli dalam transaksi. Thomas mengakui Aiqqon bukanlah kompetitor dari aplikasi e-wallet.

Justru layanan ini mendukung dan membantu tekfin lain untuk tumbuh lebih besar. Thomas mengibaratkan keberadaan aplikasi ini sebagai kumpulan semut yang mendorong gerakan nontunai menjadi lebih masif.

Pembeli bisa tetap menggunakan aplikasi uang elektroniknya tanpa mengunduh Aiqqon untuk membayar. Thomas mengatakan, dengan perangkat yang fleksibel tentunya penjual bisa mendapat banyak kemudahan.

Asal tahu saja baru jalan dua bulan, Aiqqon mampu menggaet hampir 1.000 merchant baik itu individu maupun toko. Misalnya saja beberapa toko online yang berjualan lewat platform media sosial biasanya punya toko fisik. Mereka memanfaatkan Aiqqon sebagai media pembayaran.

Selain toko, layanan jasa seperti make up artist, desainer baju pengantin, fotografer, hingga desain interior bisa menggunakan Aiqqon. Thomas mengakui ada banyak klien yang belum mendapat layanan bayar kredit untuk bisnis jasa yang bayarannya jumbo.

Thomas mengambil contoh selama dua bulan berjalan Aiqqon telah melayani transaksi jasa desain interior rumah senilai Rp 86 juta sekali transaksi. Kalau bayar menggunakan uang elektronik ada maksimal transaksi dan Aiqqon bisa menjadi solusi yang dapat membantu penjual bertransaksi dalam jumlah besar.

“Kami mau meng-cover transaksi yang besar dan kecil, bagi pengguna yang hanya menginput nomor Induk KTP saja, limit transaksinya hanya Rp 50 juta per bulan. Namun pengguna yang melengkapi data diri dengan mengisi data nomor NPWP dan lainnya bisa melayani Rp 1 miliar per bulan," imbuh Thomas.

Thomas menyatakan transaksi Aiqqon di bawah pengawasan bank khususnya Bank Mandiri dan seluruh perjanjian kerja sama dilaporkan langsung ke Bank Indonesia. Selain itu aplikasi ini juga sudah terdaftar di Kominfo dan memenuhi syarat ISO 2070.

Sumber uang Aiqqon masih di bawah PT Aiqqon Triartamas tapi ada beberapa venture capital yakni dari Vertex Venture salah satu investor Grab dan lokal dari Mandiri Capital Indonesia.

Thomas mengakui, Aiqqon telah dilirik instansi besar seperti PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk (CPIN) yang sektor utamanya adalah industri makanan ternak untuk menjalin kerja sama. Ada juga sektor hiburan yang akan menggaet Aiqqon.

Baru berjalan dua bulan rata-rata transaksi pengguna Aiqqon mencapai Rp 1 miliar. Jadi ada yang membayar untuk beli pulsa hingga tagihan listrik. Menurut Thomas masih banyak sisi menarik yang bisa dieksplor dari kartu kredit.

Hal lain yang harus dicermati Thomas adalah sistem keamanan. Ia memaparkan, Aiqqon menggunakan sistem enkripsi dengan menerapkan Three Domain Secure (3D-secure) yakni protokol keamanan transaksi online untuk melakukan autentikasi terhadap pemegang kartu dengan mengirim one time password (OTP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati