KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menghadapi tahun 2022, PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (
SIPD) menyiapkan sejumlah strategi bisnis. Manajemen bilang, meskipun masih diliputi ketidakpastian, perseroan tetap optimistis dapat meningkatkan kinerjanya dibandingkan tahun 2021. Salah satu strategi perusahaan tahun ini adalah melanjutkan percepatan realisasi peningkatan kapasitas
breeding untuk menunjang peningkatan utilisasi produksi pakan ternak dan perluasan penerapan sistem
Smart Farm. Direktur Utama Sreeya Sewu Indonesia Sungkono Sadikin dalam keterangannya menyatakan bahwa industri peternakan diperkirakan masih memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh mengingat populasi penduduk Indonesia yang cukup besar.
"Jika dibandingkan dengan negara lain, konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk protein hewani masih tergolong rendah, di mana hal tersebut memberikan peluang tersendiri bagi Perseroan untuk terus mengembangkan bisnis dan meningkatkan kinerjanya," ungkap Sungkono, dalam keterangan tertulis, hari ini, Kamis (21/7).
Baca Juga: Sreeya Sewu Indonesia (SIPD) Lirik Peluang Ekspor Ayam ke Singapura Dia menambahkan, di tahun ini perseroan juga akan tetap melanjutkan strategi di tahun 2021, antara lain dengan membangun
Cold Chain Distribution & Logistics yang lebih kuat, meningkatkan penjualan dengan dukungan dari
Command Centre, serta memperluas peningkatan portofolio food melampaui poultry dengan melakukan peningkatan kapasitas di PT Belfoods Indonesia. Adapun, pada tahun 2021 lalu, PT Belfoods Indonesia berhasil menembus pasar Filipina dengan melakukan ekspor produk olahan unggas sebanyak 15 ton melalui dua kali pengiriman yang telah dilakukan di bulan Juni dan Agustus 2021. "Upaya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkuat penjualan segmen makanan olahan," sebut Sungkono. Meski begitu, ada beberapa faktor global yang tetap harus diwaspadai perseroan, karena berpotensi mengganggu proses pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Pertama adalah tensi geopolitik terutama perkembangan konflik Rusia dan Ukraina yang berisiko mendisrupsi perekonomian global, rantai pasok dan harga komoditas, serta berdampak terhadap biaya bahan baku dan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Emiten Poultry Mengail Peluang dari Pasar Ekspor Singapura Faktor lainnya yakni tekanan inflasi global yang meningkat seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan beberapa bank sentral serta pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. "Rantai pasok yang mengalami sumbatan, serta kenaikan biaya produksi yang menjadi tantangan tersendiri," sambungnya.
Dan terakhir tentunya pandemi Covid-19 yang masih berlanjut dan pemulihan yang tidak sesuai prediksi dan tidak merata antar negara. SIPD belum merilis secara resmi laporan keuangan semester I-2022. Adapun, hingga Maret lalu perusahaan ini tercatat membukukan penjualan bersih hingga Rp 1,35 triliun. Jumlah ini lebih tinggi 5,76% dari pada penjualan per Maret 2021 yang senilai Rp 1,28 triliun. Di sepanjang tiga bulan pertama 2022, SIPD terpantau membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 29,75 miliar. Padahal, pada Maret tahun sebelumnya perusahaan ini masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp 10,53 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli