Tingkatkan Operasi Bisnis, Optimalisasi Pabrik KAEF Diapresiasi



KONTAN.CO.ID - PT Kimia Farma Tbk atau Kimia Farma mendapat dukungan Komisi VI DPR RI untuk menata bisnis hulu (segmen manufaktur). Anggota Komisi VI DPR RI Harris Turino menjelaskan, Kimia Farma dapat mengoptimalkan kapasitas terpakai (utilitas) pabrik obat milik perseroan.

Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Rabu (19/6) lalu, Manajemen Kimia Farma menyampaikan sedang menerapkan strategi berupa optimalisasi terhadap sepuluh pabrik guna peningkatan fasilitas produksi untuk menambah utilitas pabrik. Strategi itu sudah direncanakan berdasarkan rasionalisasi bisnis, sehingga produksi lebih optimal dan operasional lebih rendah.

"Optimalisasi pabrik Kimia Farma perlu dilakukan dalam dua sampai tiga tahun ke depan agar kinerja maksimal," ujar Harris, Sabtu (22/6/2024).


Berdasarkan penjelasan dari manajemen Kimia Farma, utilitas sepuluh pabrik saat ini di bawah 40% atau masih rendah. Berdasarkan angkat tersebut, Harris menilai strategi Kimia Farma mengoptimalkan produksi pabrik sebagai langkah yang tepat. Utilitas dapat dimulai dengan merelokasi fasilitas produksi yang minim, sehingga pabrik lain memproduksi lebih optimal.

Hingga Juni 2024, Kimia Farma tercatat memiliki sepuluh pabrik obat di beberapa wilayah Indonesia, di antaranya Pabrik Sinkona (Subang), Pabrik Jakarta, Pabrik Banjaran (Bandung), pabrik Marin Liza (Bandung), pabrik Lucas Djaja (Bandung), Pabrik Sungwun (Cikarang), Pabrik Phapros (Semarang), Pabrik Watudakon (Jombang), dan 2 pabrik lainnya yang berlokasi di Semarang dan Bali.

Secara bisnis, perusahaan berkode KAEF itu mampu bersaing karena cakupan pasar yang luas. Terlebih Kimia Farma juga memiliki peran strategis dalam melayani kebutuhan obat kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Meskipun begitu, Harris menilai KAEF harus memperbaiki tata kelola agar konsumen dan investor percaya perseroan punya nilai akuntabilitas dan transparansi. Secara tidak langsung, hal itu juga turut meningkatkan kepercayaan sehingga menjadi profit menguntungkan bagi KAEF.

"Bisnis KAEF menjanjikan. Namun, secara beban mereka terlalu besar. Jadi kalau beban ini bisa ditata ulang, dikelola dengan baik, saya yakin bisnis KAEF dapat berkembang," ujar Harris.

Di sisi lain, Senior Analyst Certified Securities Analyst (CSA) Research Institute Reza Priyambada menjelaskan, setiap perusahaan di semua industri punya tantangan. Untuk itu, diperlukan inovasi dan adaptasi guna menyesuaikan perubahan pasar yang dinamis.

Dia mencontohkan saat pandemi Covid-19. Perusahaan farmasi cenderung meningkatkan kapasitas produksinya karena lonjakan permintaan obat kesehatan. "Akan tetapi, pasca-pandemi saat ini, apakah kita masih mau menggunakan pendekatan seperti saat pandemi dulu? Kan tidak mungkin. Inovasi adalah pilihan yang harus dijalani," kata Reza.

Terkait strategi KAEF, Reza menjelaskan langkah yang bisa ditempuh adalah penataan ulang jaringan pabrik produksi yang ada saat ini. "Setiap pabrik itu pasti ada beban biaya yang harus ditanggung, mulai dari manpower, pasokan listrik, belum lagi kita bicara soal aset tanahnya, bangunannya, perpajakannya dan lain-lain. Sehingga untuk kinerja produksi yang lebih efisien, penutupan beberapa pabrik memang harus dilakukan," ungkap Reza.

Dalam hal ini, pihak karyawan juga tidak bisa menutup mata bahwa perusahaan memang dituntut mengubah pola bisnis agar dapat bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat. Demi perubahan tersebut, Reza menilai KAEF harus berkomitmen dalam memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Reza berharap manajemen Kimia Farma juga berlaku bijaksana dalam mengelola para pegawai yang berpotensi terdampak atas rasionalisasi pabrik. Solusi yang bisa diupayakan adalah dengan mengakomodir SDM dari pabrik-pabrik yang ditutup ke sejumlah pabrik yang masih dipertahankan dan bakal ditingkatkan utilitasnya.

Selain itu, Kimia Farma dapat memberikan pendampingan dan pelatihan bisnis kepada karyawan terdampak. Tujuannya agar karyawan dapat membuka peluang usaha lain, namun tetap ingin berkecimpung di ekosistem industri farmasi seperti membuka klinik atau apotek yang produknya didukung dari Kimia Farma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal