Tingkatkan Perekonomian, Dayan Craft dengan Bantuan YDBA Kelola Limbah Kain Perca



MOMSMONEY.ID - Kesadaran orang untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari memang belum sepenuhnya dilakukan semua lapisan masyarakat. Kendati begitu, tak berarti peluang untuk menggarap usaha yang menawarkan layanan produk ramah lingkungan terbatas.

Salah satunya, bisnis pembuatan suvenir ramah lingkungan. Dari produk yang ditawarkan, punya kesan awal yang jelas, segmennya masih terbatas. Tapi ternyata, kebalikannya, pasarnya sangat luas sekaligus memberi nilai lebih untuk keberlanjutan lingkungan.

Hantaran atau suvenir ramah lingkungan bentuknya beragam. Yang sama adalah, para pelaku usahanya sama-sama meminimalisir penggunaan produk-produk yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).


Sri Suryani, Pemilik Dayan Craft, sudah mendedikasikan usaha suvenir ramah lingkungan atau mendukung keberlanjutan sejak 2010 lewat pengolahan limbah kain perca di Klaten Jawa Tengah.

"Awalnya, saya fokus terima jahitan hem baju dari penjahit kain lurik. Tetapi, saya lihat kadang sisa kainnya itu terbuang begitu saja," kenang Sri Suryani atau yang akrab dipanggil Yani.

Melihat hal itu, perempuan berusia 44 tahun ini pun terbesit untuk memasok sisa kain perca dari penjahit kain lurik di sekitar rumahnya untuk dibuat menjadi barang baru yakni suvenir.

Secuil kain yang dikumpulkan dari setiap penjahit itu pun menjadi peluang Yani meraup perekonomian dari pengolahan limbah yang berujung pada produksi suvenir dengan beragam model.

Baca Juga: Astra melalui YDBA & PAMA Terus Perkuat Kemandirian UMKM di Paser, Kalimantan Timur

Pasokan limbah kain perca sendiri pun mengikuti pesanan suvenir dari pelanggannya. Kata Yani, sekali pasok bisa satu karung sekitar 25 kilo sampai 50 kilo limbah kain perca. Bicara soal memperoleh limbah kain percanya sendiri, Yani bilang tidaklah sulit.

"Klaten banyak sekali konveksi dan pelaku usaha baju kain lurik. Dan mereka juga bingung sisa kainnya diapakan," ujar Yani lebih lanjut.

Dari situlah, Yani berinovasi dengan memproduksinya menjadi tas lipat, dompet, pouch, dan beragam suvenir lain. Harga jualnya pun Rp 5.000 sampai Rp 35.000.

"Saat ini, bahan dasarnya sesuai permintaan perusahaan namun tetap ada unsur sisa kain perca di bagian suvenir, " lanjut Yani.

Hasil pengolahan limbah kain perca yang menjadi produk suvenir ini pun tak sedikit. Yani bilang untuk satu perusahaan bisa memesan sekitar 250 pieces. Dalam sebulan, setidaknya Yani bisa memproduksi 1.000-an lebih suvenir dari kain perca.

"Sebulan setidaknya penjualannya sekitar Rp 10 jutaan lebih, " tutur Yani sembari bercerita.

Dalam memproduksinya suvenir dari limbah kain perca, Yani menjelaskan, dirinya tidaklah seorang diri. Melainkan bersama tiga orang yang merupakan ibu-ibu penjahit di sekitar rumah yang memang merupakan ibu rumah tangga.

Baca Juga: Astra Ajak KemenkopUKM RI Hadir dalam UMKMSiapBeraksi, Perkuat Binaan UMKM Banyumas

Tidak sekadar meningkatkan taraf perekonomiannya sendiri, Yani ingin membantu orang lain lewat usahanya ini. Aktivitas produksinya bersama ibu-ibu diakuinya tak sulit.

Biasanya, Yani membuat model suvenir yang dipesan, lalu contohnya ditaruh di masing-masing rumah penjahit untuk dibuat.  

"Dan rata-rata suaminya buruh, dan mereka bisa mendapat penghasilan tambahan sembari mengurus rumah dan anak, " katanya lagi.

Bukan cuma meningkatkan perekonomian ibu-ibu penjahit kain lurik, menurut Yani, dirinya bisa menaikkan taraf dan status ibu-ibu sembari menjaga keberlanjutan lingkungan dengan mengolah limbah kain perca yang biasanya dibuang menjadi sampah tak didaur ulang.

"Jadi, saya mau mengubah persepsi kalau ibu-ibu hanya bisa mengerjakan tugas rumah. Mereka bisa berkarya dan menghasilkan produk usaha yang bagus dan layak jual, " imbuh Yani.

Berkat upayanya ini, usaha suvenir berlabel Dayan Craft pun sudah menjadi langganan perusahaan seperti Astra, Uuniversitas Jenderal Soedirman, klinik di Wonogiri, dan beberapa toko oleh-oleh di Jogjakarta.

Meski belum memasarkan produknya ke luar negeri, Yani yakin bahwa suatu saat dirinya mampu menembus pasar mancanegara.

Baca Juga: Andalkan Bagiak, UMKM Oreng Osing Banyuwangi Tembus Omset Miliaran

Untuk itu, dirinya kini semakin berinovasi. Salah satunya dengan mengolah limbah kain jeans menjadi produk suvenir yang baru. Harganya pun berbeda dengan suvenir dari kain perca.

Untuk suvenir dari kain jeans dibanderol ratusan ribu per pieces. Pasokan sisa kain jeans sendiri, Yani bilang diperoleh dari bank sampah di sekitar Klaten dan Jogjakarta.

"Sejauh ini, respon pembeli cukup bagus. Dan memang lebih banyak yang suka karena memang bahannya jeans dan unik," tutur Yani.

Ke depannya, Yani akan terus berinovasi dengan limbah kain perca dan jeans yang menyasar pasar lebih luas, khususnya anak muda. Dirinya juga berharap bisa mendapat lebih banyak pembinaan untuk pemasarannya.

Sejak mendapat pembinaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Yani bilang, Dayan Craft mendapat banyak dampak positif dalam usahanya.

Seperti bisa mengikuti pameran seperti Inacraft dan Trade Expo Indonesia. Di sisi lain, rasa percaya diri untuk pemasaran produknya pun tinggi dari pembinaan YDBA.

"Di YDBA juga diajarkan branding, penataan keuangan dan penataan tempat produksi," tegasnya.

Dirinya memiliki keinginan bisa mendapat pelatihan digital yang lebih agar bisa memasarkan produknya dengan nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini agar meningkatkan perekonomian ibu-ibu penjahit sekitar rumah dan menjaga pelestarian lingkungan lewat pengolahan limbah kain perca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani