Tingkatkan Produktivitas Udang, Menteri Trenggono Targetkan 40 Ton Per Hektare



KONTAN.CO.ID - SUMBAWA. Udang menjadi komoditas sektor kelautan dan perikanan yang potensial. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, Indonesia menempati posisi nomor 5 produsen udang dunia.

“Kita kalah dengan Ekuador. Bahkan kita kalah dengan vietnam,” kata Trenggono saat diwawancarai di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3).

Ia mengatakan, Indonesia memiliki tambak udang yang cukup besar, baik itu tambak masyarakat maupun tambak perusahaan. Namun, tambak-tambak udang tersebut masih dikelola secara tradisional.


Atas dasar itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun tambang udang modern di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Melalui pembangunan ini, KKP mendorong peningkatan produksi tambak budidaya secara tradisional yang selama ini hanya 0,6 ton per hektare menjadi 40 ton per hektare.

Baca Juga: KKP Terus Melakukan Langkah untuk Meningkatkan Produktifitas Udang Nasional

“Kebanyakan tambak khususnya masyarakat itu masih tradisional. Jadi kalau kita hitung produktivitasnya itu masih di 0,6 ton per hektare. Ini sangat rendah, sementara produktivitas terbaik di dunia itu adalah 40 ton per hektare. Jadi itu yang akan kita kejar,” katanya.

Trenggono menambahkan, untuk meningkatkan produktivitas udang yang tinggi, pembangunan tambak udang modern merupakan cara yang baik.

“Harus punya yang namanya tandon. Tandon itu pengambilan air dari laut yang bisa diukur tingkat kebersihannya, lalu kemudian dia harus punya instalasi limbah supaya selesai budidaya ini. Sebelum airnya kembali ke laut harus dipastikan bahwa airnya itu bersih,” tambahnya.

Trenggono menilai, jika seluruh tambak udang di Indonesia produktivitasnya bisa meningkat, produksi udang Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain.

“Masa Ekuador bisa mengalahkan kita. Kan itu lucu. Sementara kita ini negara maritim. Ini harus dikoreksi,” imbunya.

Baca Juga: APBN Terbatas, KKP Bangun Percontohan Kawasan Budidaya Udang Terintegrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat