KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (
APEX) optimistis bisa memperbaiki kinerja di tahun 2021 ini, dibandingkan tahun lalu. APEX membidik peluang dari program yang ingin dicapai pemerintah pada sektor minyak dan gas (migas) maupun pengembangan panas bumi. General Manager Corporate Finance & Investor Relation Apexindo Pretycia Darma menyampaikan, kinerja APEX akan sangat tergantung realisasi investasi hulu migas di Indonesia. Jika investasi terus meningkat dengan memperbanyak kegiatan sumur eksplorasi dan pengembangan, maka akan lebih banyak peluang kerja bagi penyedia jasa pengeboran, termasuk APEX. Oleh sebab itu, pencanangan target 1 juta barel per hari pada tahun 2030 menjadi peluang bagi APEX. Ditambah lagi dengan optimisme SKK Migas yang menargetkan "no decline" produksi migas nasional pada tahun 2021.
"Optimisme ini tentu bisa dilihat sebagai peluang bagi APEX untuk ikut mendukung pencapaian target Pemerintah dengan memaksimalkan penggunaan rig-rig kami di kegiatan eksplorasi dan pengembangan di berbagai wilayah kerja migas," kata Pretycia kepada Kontan.co.id, Senin (25/1).
Baca Juga: Aspermigas berharap harga minyak bisa stabil di atas US$ 60 per barel tahun ini Sebagai bagian dari strategi usaha, APEX ingin meningkatkan utilisasi dengan mengikuti tender-tender yang ada, termasuk meningkatkan marketing untuk memasarkan rig-rig yang dimilikinya. Berbarengan dengan itu, APEX juga akan terus menerapkan efisiensi biaya dengan menjaga efektivitas, terutama yang terkait kegiatan operasional. Mengenai pergerakan harga minyak mentah dunia, Pretycia menekankan, hal itu tidak berdampak langsung terhadap kinerja. Sebab, kerja APEX berdasarkan kontrak pengeboran dengan klien, yang mana dalam kontrak sudah ditentukan periode kerja dan harga sewa harian (dayrate rig). "Sehingga faktor harga minyak tidak secara langsung mempengaruhi kinerja Apexindo, karena kami tetap dibayar sesuai dayrate yang ditentukan dalam kontrak," ujar Pretycia. Pada tahun ini, APEX memiliki beberapa kontrak kerja terkait jasa hulu migas. Di antaranya, pekerjaan jasa migas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur yang dikelola oleh Pertamina Hulu Mahakam. Di sana, APEX akan mengoperasikan Rig Maera mulai kuartal II-2021. Sebelumnya, operasional Rig Maera di Blok Mahakam berakhir pada Mei 2020 lalu. APEX juga akan melanjutkan operasional Rig Raisis di Blok Mahakam yang sebelumnya berakhir pada Januari 2021 kemudian dilanjutkan hingga bulan Mei 2021. Tak hanya dari sektor migas, APEX juga membidik pengembangan segmen panas bumi. Pretycia mengungkapkan, APEX akan mengikuti tender-tender yang cocok untuk meningkatkan utilisasi rig-rig yang dimiliki. Untuk segmen rig darat, dua rig APEX sedang mengikuti tender Geo Dipa Energi dalam program panas bumi. "Tentu kami berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk satu rig atau bahkan keduanya, yang akan memberikan dampak cukup baik untuk utilisasi rig-rig darat Apexindo. Rig-rig APEX memiliki spesifikasi dan kemampuan yang sesuai untuk pengeboran panas bumi," terang Pretycia. Asal tahu saja, bidang panas bumi bukan lah pekerjaan yang baru bagi APEX. Sejak 1994, Apexindo sudah masuk ke pengeboran panas bumi. Beberapa rig APEX memiliki pengalaman di bidang pengeboran panas bumi, seperti Rig 4 yang pada 2006-2013 bekerja untuk Chevron di Gunung Salak dan Gunung Drajat, Jawa Barat. Lalu untuk Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Lahendong, Sulawesi Utara.
"Kita akan coba semua peluang yang ada ,asalkan sesuai dengan spesifikasi rig-rig kami. Mengingat track record dan pengalaman di geothermal, Insyaa Allah ada pekerjaan yang bisa didapat di 2021," ungkap Pretycia. Mempertimbangkan kondisi industri migas saat ini, APEX pun akan sangat selektif mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex). Meski belum membeberkan detail capex yang disiapkan, Pretycia mengatakan bahwa capex APEX di 2021 tidak akan bergeser jauh dari 2020. Sebagai gambaran, hingga kuartal III-2020, APEX merealisasikan capex untuk pemeliharaan dan perbaikan sebanyak US$ 4 juta. "Untuk tahun 2021, rencana capex hanya untuk menjaga perawatan aset Perseroan, untuk memastikan kegiatan operasional berjalan baik.," imbuh Pretycia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat