Tinjau Ulang Indeks, Saham GOTO Berpotensi Masuk Indeks MSCI?



KONTAN.CO.ID - Jakarta.  Kabar terbaru datang dari Morgan Stanley Capital International atau yang kini bernama MSCI Inc. Mulai 12 Mei mendatang, MSCI Inc. akan meninjau ulang saham-saham anggota MSCI Indonesia Index dengan kriteria terbaru yang akan ditetapkan efektif per 1 Juni 2022.

Pengumuman penghuni baru MSCI Indonesia ini memang sudah ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar Indonesia, mengingat MSCI menjadi salah satu acuan dalam melihat saham-saham unggulan yang menjadi pilihan investasi. Indeks ini juga menjadi acuan lantaran saham-saham konstituen indeks tersebut akan masuk ke dalam radar investor global.

Informasi ini dilansir dari riset PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) yang menyebutkan bahwa MSCI telah menetapkan tanggal pengumuman pada 12 Mei dan anggota baru indeks ini akan berlaku efektif mulai 1 Juni 2022.


Adapun kriteria penambahan atau penghapusan Indeks MSCI Indonesia akan ditentukan oleh tingkat likuiditas saham dan kapitalisasi pasar berbasis penyesuaian saham beredar di publik atau free float-adjusted market capitalization (FFMC), di antara kriteria lainnya.

Masih berdasarkan riset Trimegah per 22 April tersebut, secara keseluruhan, total free-float market cap (FFMC) MSCI Indonesia Index mencakup 56,8% dari FFMC Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Analis Trimegah Sekuritas, Willinoy Sitorus juga menganalisis sejumlah saham yang akan masuk dalam indeks acuan tersebut, termasuk potensi masuknya tiga emiten digital PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak Tbk (BUKA), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).

Berdasarkan data yang dihimpun Trimegah dan Bloomberg, GOTO memiliki kapitalisasi pasar US$ 27,88 miliar, dengan free float 66,39%, tingkat kapitalisasi pasar mengambang bebas atau FFMC yang tinggi sebesar US$18,52 miliar dengan rata-rata volume transaksi harian (Average Daily Trading Volume/ADTV) 1 tahun per 20 April US$ 102,4 juta per hari. 

Berdasarkan data BEI, pada sesi I, Rabu (27/4/2022), harga saham GOTO diperdagangkan dengan range Rp 290-310/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 343 triliun di tengah koreksi IHSG sebesar 0,77% di 7.176.

Hanya saja, Willinoy mengakui terlalu dini untuk memasukkan saham-saham perusahaan tersebut karena baru listing

Menurut dia, GOTO, BUKA, dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga memiliki FFMC dan likuiditas yang tinggi. “Namun dengan perusahaan-perusahaan tersebut yang baru saja go public dalam waktu kurang dari setahun, kami rasa masih terlalu dini untuk dimasukkan ke dalam MSCI Indonesia Index,” katanya.

Dia mengatakan EMTK memiliki probabilitas tertinggi untuk dimasukkan dalam MSCI Indonesia Index. Alasannya, Emtek punya tingkat kapitalisasi pasar FFMC yang tinggi US$2,8 miliar dan likuiditas US$8,6 juta/hari, yang tercermin dari rata-rata ADTV 1 tahun per 20 April 2022, menunjukkan likuiditas yang konsisten selama 1 tahun terakhir. 

Selain Emtek, saham non-MSCI lainnya yang berpeluang masuk indeks MSCI kapitalisasi menengah adalah emiten peritel pengelola Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO). 

Tak hanya itu, perusahaan tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga dinilai mencatatkan kapitalisasi pasar berbasis floating share sebesar US$1 miliar, meskipun membutuhkan rekam jejak yang lebih lama mengingat harga saham baru saja meroket sebesar +86% secara year to date (YTD). 

Di sisi lain, saham emiten konstruksi PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS), PT PGN Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) memiliki kapitalisasi pasar mengambang bebas mendekati level US$1 miliar dengan likuiditas yang layak yakni di atas US$4 juta secara rata-rata volume transaksi harian (ADTV). 

Saat ini hanya ada 23 konstituen dalam MSCI Indonesia Index. Baru pada tahun 2017, ada 31 konstituen yang masuk dalam indeks acuan tersebut.

Trimegah menegaskan kecil kemungkinan akan ada penghapusan saham pada indeks ini di Mei 2022. “Konstituen MSCI Indonesia Index saat ini semuanya telah memenuhi persyaratan market cap free-float tinggi, sekitar US$1 miliar dan likuiditas tinggi, ADTV 1Y lebih dari US$2,5 juta per hari. Oleh karena itu, dimungkinkan tidak ada potensi penghapusan dalam tinjauan indeks tengah tahunan Mei 2022,” tulis Trimegah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Indah Sulistyorini