TINS Akhirnya Menggandeng Dua BUMN Myanmar



JAKARTA. PT Timah Tbk sudah menentukan pilihan. Perusahaan pelat merah berkode saham TINS ini akan menggandeng dua BUMN lokal untuk mengembangkan bisnis di Myanmar. Jika tidak ada aral melintang, di kuartal III-2013, para pihak sudah menandatangani perjanjian jual beli bersayarat alias conditional sales purchase agreement (CSPA).

Sukriso, Direktur Utama Timah mengatakan, alasan menggandeng BUMN Myanmar adalah agar kerjasama yang terjalin lebih kuat dan mudah dalam koordinasi. Padahal, sebelumnya, mayoritas para calon mitra merupakan korporasi swasta lokal. "Sekarang, kami sedang proses membentuk perusahaan patungan dan menentukan direksi," ujarnya, Kamis (27/6). Porsi Timah tetap mayoritas, yakni sekitar 90%. Sedangkan sisanya dipegang dua BUMN Myanmar.

Sukrisno mengaku tidak ingat nama kedua BUMN Myanmar itu. Ia hanya berharap, pada Agustus 2013 mendatang, ketiga belah pihak sudah bisa menandatangani CSPA.


Sukrisno berharap, pertengahan tahun depan, kegiatan eksploitasi sudah bisa dilakukan. BUMN timah ini menyiapkan dana sekitar US$ 18 juta untuk kebutuhan perusahaan baru ini.

Selain melakukan penambangan, TINS juga berniat membangun smelter berkapasitas sekitar 5.000 ton. Estimasi biaya yang diperlukan berkisar Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar.

Informasi saja, lokasi konsesi tambang TINS terletak Pubyin-Tamok, Myeik District, Tanithary State, Myanmar. Produk yang dihasilkan berupa timah putih (tin ingot). "Kapasitas produksinya 30.000 metrik ton-40.000 metrik ton per tahun," tutur Sukrisno.

Tahap pertama, targetnya, perusahaan pelat merah ini bisa menambang hingga 10.000 metrik ton (MT). Total luas lahan tambang ini mencapai 10.000 hektare (ha).

Hingga kuartal I-2013, TINS hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,53 triliun dari hasil penjualan 5.840 ton timah. Sedangkan laba bersih hanya Rp 102,77 miliar. Namun, sampai akhir tahun, TINS masih optimistis mampu meraih laba bersih konsolidasi sebesar Rp 1 triliun.

Angka ini melesat 131,71% dibandingkan perolehan laba bersih di 2012 senilai Rp 431,58 miliar. Sementara pendapatan diharapkan bisa mencapai Rp 8 triliun-Rp 10 triliun. Optimisme ini muncul seiring rampungnya modernisasi peralatan produksi. Manajemen juga memprediksikan tren harga timah dunia akan meningkat.

Selain itu, tahun ini, perusahaan tambang ini juga akan melanjutkan sejumlah rencana ekspansi. Misalnya, memodifikasi kapal keruk Kundur I menjadi Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur I. Nilai investasi modifikasi ini diperkirakan mencapai Rp 217 miliar.

Langkah ekspansi ini dilakukan agar TINS bisa menggenjot produksi timah dengan mulus. Sebab, penggunaaan BWD bisa meningkatkan kedalaman gali hingga 70 meter (m), melebihi kapal keruk yang hanya mentok di kedalaman 40 m.

Tahun ini, manajemen Timah telah menyiapkan dana investasi senilai US$ 1,4 triliun. Dana ini sudah termasuk ekspansi TINS di batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amailia Putri