TINS berencana mengurangi ekspor timah batangan



JAKARTA. PT Timah (Tbk) akan membatasi penjualan timah produksinya maksimal 30.000 ton per tahun. Langkah ini mereka lakukan untuk menjaga cadangan timah di darat yang kian menipis.

Hitungan manajemen Timah, cadangan mereka tinggal tersisa 10 tahun ke depan. Selain membatasi penjualan timah batangan, perusahaan ini tengah fokus melakukan pengolahan atau hilirisasi. Perusahaan ini menargetkan penjualan produk hilirisasi ini bisa mencapai 80% dari total penjualan pada 2021. 

Sebagai gambaran produk hasil pengolahan ini berupa tin solder dan tin chemical. Dalam laporan keuangan PT Timah Tbk porsi penjualan tin chemical ini baru sekitar 1,9% dari total penjualan. Sementara penjualan tin solder tidak diperinci hanya volumenya sekitar 2.100 ton setahun.


Direktur Utama PT Timah Sukrisno, menjelaskan, produk hasil pengolahan ini yang diharapkan bakal mendongkrak nilai ekspor TINS ke depan. Dalam hitungan dia, kebutuhan timah olahan di pasar global tak kalah gede dibandingkan dengan timah. "Sekitar 51% kebutuhan timah dunia adalah tin solder," katanya, pekan lalu.

Dengan asumsi ini, kalau demand timah dunia 360.000 ton per tahun, berarti sekitar 180.000 ton adalah tin solder. "Kenapa kami enggak ambil misalnya 50.000 ton per tahun," tuturnya.

Saat ini produsen terbesar tin solder dunia adalah perusahaan-perusahaan dari China. Produksi timah dari China mencapai 160.000 ton per tahun. Sebanyak 70.000 ton berupa tin ingot dan sisanya tin chemical dan tin solder.

Nah untuk itu, tak menutup kemungkinan TINS akan menggandeng salah satu perusahaan asal China untuk berinvestasi membangun industri untuk memproduksi tin solder tersebut.

Hanya saja Sukrisno belum memberikan detil perusahaan China yang akan digandeng oleh TINS. "Saya sudah ke China, ngobrol-ngobrol apa yang bisa dikerjasamakan karena produsen terbesar itu adalah China," ujarnya.

Namun agar ada kepastian produksi tin solder itu terserap oleh pasar, perlu melihat perkembangan industri elektronika di dalam negeri. Sebab pemakai terbesar tin solder adalah industri elektronika. 

Lagi pula, tahun lalu, 95% penopang penjualan TINS  berasal dari pasar ekspor. Total nilainya mencapai sekitar US$ 485 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan